SUBANG, TINTAHIJAU.com – Pada suatu hari yang penuh makna, Sang Dwi Warna Merah Putih pertama kali berkibar di atas Gedung Dennis, menandai awal perjuangan kemerdekaan Indonesia di kota Bandung. Pengibar bendera pertama ini adalah Bapak Bari Lukman, seorang pejuang kemerdekaan yang memainkan peran penting dalam sejarah pergerakan nasional di Jawa Barat.
Kisah ini kembali mengemuka 17 tahun silam, ketika penulis diundang ke kediaman Bapak Bari Lukman di sekitar Komplek Kodam Siliwangi. Dari balkon kantor Harian “Tjahaja” Bandung, kita bisa membayangkan betapa megahnya Sang Dwi Warna berkibar di atas Gedung Dennis, mengukir sejarah baru bagi Bandung dan Indonesia kala itu.
Keberadaan koleksi koran lawas era 50-60an, termasuk surat kabar Pikiran Rakyat Bandung, membuka lembaran sejarah yang berharga. Artikel penulis di kolom “Surat Pembaca” mengundang perhatian dan membuat Bapak Bari Lukman mengingat kembali momen-momen bersejarah tersebut.
Sebuah telepon dari Ibu Hj Euis, istri Bapak Bari Lukman, menjadi awal dari pertemuan penulis dengan salah satu saksi hidup peristiwa kemerdekaan. Pertemuan itu membawa kami pada perjalanan menggali cerita dari mulut orang yang terlibat langsung dalam peristiwa penting dan bersejarah tersebut.
Bapak Bari Lukman, seorang wartawan pada masa perang kemerdekaan, menceritakan bagaimana ia menjadi pengibar bendera pertama di Bandung. Detik-detik bersejarah itu terjadi di atas Gedung Dennis, yang kini menjadi kantor Bank Jabar. Teks Proklamasi Kemerdekaan dipajang di depan kantor koran “Tjahaja,” tempat Bapak Bari Lukman bekerja, mengumumkan bahwa Indonesia telah merdeka.
Berita Proklamasi Kemerdekaan tiba di redaksi koran Tjahaja melalui telegram dari kantor berita Domei di Jakarta pada tengah hari tanggal 17 Agustus 1945. Bapak Bari Lukman yang waktu itu masih muda, dengan semangat juangnya, menuliskan teks proklamasi di papan tulis dan memajangnya di Jalan Asia Afrika.
Pengibaran bendera Merah Putih di atas Gedung Dennis juga menjadi babak baru dalam sejarah Bandung. Bari Lukman muda menceritakan bahwa ia meminta bendera Merah Putih milik Jawa Hokokai untuk dikibarkan, dan pada pukul 13.00, bendera tersebut berkibar di puncak gedung, mengukir sejarah pengibaran pertama setelah Proklamasi Kemerdekaan.
Namun, euforia kemerdekaan tidak selalu diiringi oleh kebebasan sepenuhnya. Di tengah pengibaran merah putih, tulisan teks proklamasi di depan kantor Tjahaja dihapus oleh pihak Jepang. Bapak Bari Lukman dengan gigih menuliskannya kembali, menyuarakan kemerdekaan Indonesia meskipun dihadapkan pada ancaman dan tekanan.

Di tengah kekalahan Jepang dalam perang, bendera Merah Putih mulai berkibar di berbagai tempat. Namun, realitasnya menunjukkan bahwa dukungan Jepang terhadap kemerdekaan Indonesia hanya sebatas dukungan setengah hati atau bahkan pura-pura. Penghapusan teks proklamasi dan pengepungan kantor Tjahaja oleh Kempetai (polisi rahasia Jepang) menjadi bukti ketidaksetujuan mereka terhadap kemerdekaan Indonesia.
Bari Lukman juga mengungkapkan peran penting rekan sesama wartawan, Sakti Alamsjah, pendiri koran Pikiran Rakyat, dalam mengumumkan Teks Proklamasi Kemerdekaan lewat corong radio (Radio NIROM) untuk Bandung dan Jawa Barat.
Perjuangan melawan penjajah, baik Belanda maupun Jepang, terus digelorakan melalui tulisan dan informasi yang disampaikan Bapak Bari Lukman di surat kabar “Harian Tjahaja.” Beliau juga pernah menjadi agen wartawan perang di Markas Besar Tentara (MBT) dan berkontribusi sebagai wartawan untuk “Suara Merdeka” Tasikmalaya serta Pikiran Rakjat Bandung dari tahun 1950 hingga 1962.
Ruang tamu rumahnya menjadi saksi bisu beberapa bintang jasa dan penghargaan dari Presiden Soekarno. Foto-foto masa muda bersama rekan wartawan perang dan artikel-artikel bersejarah menjadi bukti perjalanan panjang Bapak Bari Lukman dalam menjalani perjuangan kemerdekaan.
Dalam suasana yang penuh kehangatan, pertemuan itu ditutup dengan hidangan lezat dari tangan Ibu Hj Euis Bari Lukman. Bapak Bari Lukman, meskipun telah berpulang, meninggalkan warisan berharga berupa semangat perjuangan dan dedikasinya untuk Indonesia.
Semoga kisah kepahlawanannya dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda, sesuai dengan tema Hari Pahlawan tahun 2023, “Semangat Pahlawan untuk Masa Depan Bangsa dalam Memerangi Kemiskinan dan Kebodohan.”