OPINI: Tegakan Kembali Etika Kebangsaan!

“Kebajikan yang utama dan paling tinggi adalah kebijaksanaan; kebijaksanaan adalah pengetahuan tentang kebenaran yang sebenarnya, dan pengetahuan tentang kebenaran yang sebenarnya memerlukan pengetahuan tentang semua hal.” Al-Farabi

Dalam keheningan kutipan bijak Al-Farabi, kita diundang merenungi nilai-nilai kebijaksanaan dan kebenaran yang menjadi pilar etika kebangsaan. Sebagai seorang filsuf Muslim abad ke-9, Al-Farabi melahirkan gagasan-gagasan yang tetap relevan dalam konteks tantangan moral yang kita hadapi saat ini. Pergulatan antara kebijaksanaan dan kebenaran sebagai fondasi etika kebangsaan melintasi zaman dan menantang kita melihat lebih dalam esensi moralitas dalam pelayanan publik.

Dalam panggung pemerintahan, kebijaksanaan seringkali dihadapkan pada ujian ketika kebenaran berkisar pada kepentingan politik dan ekonomi. Skema politik, nepotisme, dan penyalahgunaan kekuasaan menjadi kendala terberat dalam mempertahankan kebijaksanaan. Pertanyaannya: Sejauh mana kebijaksanaan pemimpin tercermin dalam kebijakan yang dibuatnya?

Dalam pandangan Al-Farabi, kebijaksanaan tidak hanya berarti membuat keputusan yang baik untuk saat ini, tetapi juga merenung implikasi jangka panjangnya. Keberlanjutan dan keseimbangan menjadi unsur penting yang harus dipertimbangkan pemimpin yang bijaksana. Namun, realitas politik seringkali mendorong kebijakan yang terkesan instan, mengorbankan kebenaran untuk kepentingan sektoral.

Keseimbangan Moralitas
Begitu juga partai politik, yang seharusnya menjadi penjaga nilai dan moralitas, terkadang malah menjadi protagonis utama niretika. Dalam upaya memperoleh kekuasaan dan mendominasi panggung politik, partai seringkali terlibat transaksi moral yang merugikan demokrasi. Politik uang, pragmatisme tanpa moral, dan penyalahgunaan kekuasaan mengubah partai politik dari agen perubahan menjadi mesin kepentingan sempit.

Al-Farabi menunjukkan bahwa kebijaksanaan politik membutuhkan integritas dan komitmen terhadap kebenaran yang lebih tinggi. Namun, ketika partai politik menjadi mesin tanpa moralitas, kita menyaksikan kehilangan nilai-nilai dasar yang seharusnya menjadi fondasi kebangsaan.

Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari TINTAHIJAU.COM, Klik Disini dan Klik ini