Wisata  

Nikmatnya Makan Murah Meriah di Timbel Manyeti Subang

SUBANG, TINTAHIJAU.com – Nasi Timbel, hidangan khas Sunda yang terbungkus daun pisang, telah lama menjadi kebanggaan kuliner Kota Subang. Bila Anda berkunjung ke kota ini, tak sulit menemui pemandangan orang-orang berkerumun di sekitar penjual makanan yang biasanya menggunakan gerobak nasi timbel.

Subang, dengan kekayaan kulinerannya, pantas disebut sebagai “Kota Timbel.” karena dari pantauan penulis, memang hanya di Kota Subang lah nasi timbel ini di jual, sementara di kota lain kita mungkin lebih mengenalnya sebagai warteg, namun penyajian dan makanan yang dijajakan warteg sangat lah jauh berbeda dengan nasi timbel.

Salah satu warung nasi timbel yang telah menjadi legenda dan selalu ramai dikunjungi adalah Timbel Manyeti. Warung ini berlokasi di pangkalan ojeg Manyeti, berseberangan dengan Pabrik Karet milik PTPN VIII Wangunreja, Desa Rawalele, Dawuan. Jaraknya sekitar 5 km atau 15 menit perjalanan dari Kota Subang ke arah Jakarta, sebelum perkebunan karet.

Keistimewaan Nasi Timbel Manyeti terletak pada cara penyajiannya, yakni di atas nyiru (nampan). Hidangan hangat nasi timbel, disajikan dengan lauk pauk sederhana seperti goreng ayam kampung, telur dadar, goreng belut, pepes jeroan, tahu, perkedel, dan sambal oncom lada/pedas, menjadi kombinasi lezat khas Timbel Manyeti.

Meskipun hanya menjual di atas nyiru, dengan penerangan seadanya menggunakan lampu cempor atau lilin menjelang malam, warung ini tetap mengundang pengunjung untuk menikmati sajian lezatnya.

Selain karena mudah dijangkau di pinggir jalan, harga yang terjangkau juga menjadi daya tarik utama. Hanya dengan Rp 3.000,- Anda sudah bisa menikmati satu bungkus nasi timbel, sedangkan ayam goreng dihargai sebesar Rp. 7.000,- sementara sambel dan lalapannya disediakan secara gratis. Dengan uang sepuluh ribu rupiah, Anda bisa merasakan kepuasan menyantap hidangan khas Timbel Manyeti.

Tidak hanya enak, warung Timbel Manyeti juga menarik perhatian karena dijalankan oleh seorang nenek berusia lanjut, Ma Esti, yang kini berusia sekitar 70 tahun. Meskipun usianya sudah senja, semangatnya untuk melayani pelanggan dengan ramah dan tetap tersenyum tidak pernah pudar.

Warung ini buka hanya sebentar, mulai dari jam 3 sore setelah Adzan Ashar hingga menjelang waktu Magribh, karena nasi timbelnya selalu laku terjual habis.

Warung Nasi Timbel Manyeti sudah ada sejak tahun 90-an dan telah mengalami dua generasi. Dirintis oleh almarhum Ma Uri, kini Ma Esti melanjutkan tradisi warung ini.

Beberapa saudaranya juga pernah melanjutkan berjualan Timbel Manyeti, seperti Ma Narmi dan Ma Junah, namun kini hanya Ma Esti yang masih bertahan. Menariknya, warung ini merupakan tempat makan favorit almarhum Kang Ibing, seniman Sunda yang sangat terkenal. Ketika melintas di Subang, Kang Ibing pasti mampir untuk menikmati sajian lezat di Timbel Manyeti.

Warung ini menjadi saksi bisu perjalanan kuliner dan sejarah, memberikan kenangan lezat bagi siapa pun yang berkunjung ke Kota Subang.