SUBANG, TINTAHIJAU.com – Pada tanggal 28 April 1988, penerbangan Aloha Airlines Flight 243 yang seharusnya rutin dari Hilo menuju Honolulu di Hawaii berubah menjadi kisah luar biasa. Pesawat ini meninggalkan Bandara Internasional Hilo dengan lima anggota kru dan 90 penumpang.
Penerbangan dimulai dengan lancar dan naik ke ketinggian jelajahnya sebesar 24.000 kaki. Namun, dalam perjalanan, sebagian besar atap pesawat tiba-tiba terbuka dengan sendirinya.
Sebuah bagian atas fuselase pesawat sepanjang 18 kaki, membentang dari belakang kokpit hingga sebelum sayap, robek terpisah, menciptakan celah besar di dalam kabin.
Menyikapi situasi kritis ini, kru segera menyatakan keadaan darurat dan mengalihkan rute menuju Bandara Kahului untuk pendaratan darurat. Ketika mendekati bandara, mesin kiri mengalami kegagalan, menambah keparahan situasi. Meskipun dihadapkan pada tantangan ini, kru berhasil mendaratkan pesawat dengan aman di Landasan 2, hanya tiga belas menit setelah robekan terjadi.
Secara tragis, satu pramugari hilang selama insiden ini, karena dia terlempar keluar dari pesawat dan jasadnya tidak pernah ditemukan. Dalam kejadian yang menakjubkan, semua individu lain di dalam pesawat selamat dari peristiwa dramatis ini.
Qodarullah… Keberanian dan keterampilan kru pesawat dalam menanggapi keadaan darurat ini patut diacungi jempol. Meskipun kehilangan satu nyawa, pendaratan pesawat yang aman telah membuktikan bahwa pelatihan dan profesionalisme awak pesawat adalah faktor kunci dalam menghadapi situasi yang sulit.
Peristiwa Aloha Airlines Flight 243 mengingatkan kita akan pentingnya keselamatan penerbangan dan perlunya terus meningkatkan standar keselamatan dalam industri penerbangan. Meskipun insiden ini menyisakan duka yang mendalam, kisah ini juga menjadi sumber inspirasi tentang ketangguhan dan keberanian dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan.