SUBANG, TINTAHIJAU.com – Perusahaan teknologi global Meta, yang dipimpin oleh Mark Zuckerberg, telah mengalokasikan investasi miliaran Dolar AS untuk mewujudkan proyek metaverse, sebuah dunia virtual tiga dimensi yang menjanjikan revolusi digital.
Namun, realitas belakangan ini menunjukkan bahwa impian tersebut tidak berjalan sesuai ekspektasi, terutama dalam konteks penjualan perangkat virtual reality (VR) dan augmented reality (AR).
Menurut laporan CNBC International pada Kamis (21/12/2023), penjualan headset VR dan kacamata AR di Amerika Serikat mengalami penurunan drastis hingga 40 persen, mencapai total 664 juta Dolar AS atau sekitar Rp 10,2 triliun selama tahun 2023. Angka ini sangat kontras jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, di mana penurunan hanya sebesar 2 persen dengan nilai 1,1 miliar Dolar AS atau sekitar Rp 17 triliun pada tahun 2022.
Penurunan yang signifikan dalam kurun waktu dua tahun ini memberikan sinyal tantangan serius bagi Meta, yang tengah gencar mempromosikan konsep metaverse. Bahkan, Mark Zuckerberg sendiri telah mengakui bahwa pengembangan teknologi metaverse membutuhkan waktu yang cukup lama, mencapai hingga satu dekade. Namun, Meta diingatkan untuk tetap realistis mengingat investasi besar yang telah mereka keluarkan, yang mencapai jutaan Dolar AS.
CEO Meta mencoba mengambil langkah strategis dengan mengganti nama perusahaan menjadi Meta guna merefleksikan fokusnya pada pengembangan metaverse. Namun, hasil dari divisi Reality Labs Meta, yang bertanggung jawab atas pengembangan teknologi VR dan AR, tidak sesuai harapan.
Pada kuartal tiga tahun 2023, divisi ini mengalami kerugian sebesar 3,7 miliar Dolar AS (sekitar Rp 57 triliun) dengan penjualan hanya mencapai 210 juta Dolar AS (sekitar Rp 3,2 triliun).
Secara total, sejak awal tahun 2022, divisi tersebut telah merugi sekitar 25 miliar Dolar AS (sekitar Rp 387 triliun). Meskipun Meta menolak memberikan komentar mengenai penurunan pasar perangkat VR dan AR, Chief Technology Officer Andrew Bosworth mengakui bahwa teknologi metaverse memerlukan taruhan jangka panjang.
Dalam sebuah blog resmi Meta, Bosworth menyatakan, “Membuat taruhan jangka panjang pada teknologi baru tidaklah mudah. Tidak ada jaminan keberhasilan, dan tentu saja, tidak murah. Ini juga merupakan salah satu hal paling berharga yang dapat dilakukan oleh perusahaan teknologi, dan satu-satunya cara untuk tetap relevan dalam jangka panjang.”
Pertanyaan besar kini muncul mengenai masa depan metaverse dan apakah Meta dapat mengatasi tantangan yang dihadapinya. Sementara pasar perangkat VR dan AR mengalami penurunan, Meta harus menemukan strategi yang inovatif dan efektif untuk mempertahankan visi besar mereka dalam menciptakan dunia virtual tiga dimensi yang revolusioner.