SUBANG, TINTAHIJAU.com – Bagi generasi senior yang lahir sebelum tahun 1980, masa-masa tersebut bukan hanya sekadar rentang waktu, tetapi juga penuh dengan kenangan indah.
Pada era sebelum kemunculan medium digital, koneksi antarindividu dijalin melalui suara lembut penyiar radio, surat-menyurat, dan kartu pos. Menerima telegram menimbulkan rasa deg-degan, sementara kiriman wesel pos dari orang tua menggetarkan hati.
Salah satu kenangan paling berkesan berasal dari siaran radio dengan beragam dan menariknya program acara. Di antara sekian banyaknya, acara tangga lagu menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi pendengar radio era 80-90an. Salah satu yang paling digemari adalah “Top Hits Pop Indonesia” (THPI).
Pada tahun 80-90an, khususnya di Bandung, Radio Ganesha yang berlokasi di Jalan Siliwangi menjadi pusat nostalgia bagi pendengar radio. Radio ini dimiliki oleh musisi ternama, Ebiet G.Ade, dan menjadi rumah bagi acara THPI yang begitu populer.
THPI bukan sekadar acara radio biasa, melainkan sarana untuk memutarkan deretan lagu pop Indonesia terpopuler saat itu. Hampir seratus stasiun radio di seluruh Nusantara turut menyiarkan acara ini setiap minggunya. Produksinya dipercayakan kepada Radio Ganesha yang dipegang oleh almarhum Demas Korompis.
Tak hanya lagu-lagu dalam negeri, selain THPI Ganesha Radio juga memperkenalkan lagu-lagu mancanegara yang menduduki puncak tangga lagu Billboard Hot 100. Salah satunya adalah “We Are The World” dari USA For Africa. Lagu ini, dinyanyikan secara kolaboratif, berhasil menggeser “One More Night” dari puncak tangga Top 10 Billboard dan terjual lebih dari 4,5 juta kopi.
Proyek amal untuk Afrika ini melibatkan USA, Inggris, Prancis, Jerman, dan Kanada. Album kaset “We Are The World” yang dirilis tahun 1985 pun meraih penghargaan Grammy Awards untuk Album Rekaman Terbaik, menjadi ikon yang tak terlupakan bagi penggemar musik pop di seluruh dunia.
Selain acara tangga lagu di radio, era 80-an hingga akhir 90-an juga menjadi masa emas bagi para penggemar musik. Informasi seputar perkembangan musik tidak hanya didapatkan dari siaran radio, tetapi juga melalui majalah musik, surat kabar, dan bulletin yang diterbitkan oleh studio rekaman atau label kaset.
Perusahaan rekaman dan label kaset umumnya menerbitkan ‘Newsletter’ atau buletin khusus yang secara berkala menyajikan informasi tentang kaset-kaset baru (kemudian CD) yang akan dirilis.
Buletin ini beredar bulanan dan berisikan resensi album, informasi tentang lagu, penyanyi, pencipta lagu, serta kru musik yang terlibat dalam pembuatan album kaset. Sebuah jendela informasi yang tak ternilai bagi para pecinta musik di era tersebut.
Bagi generasi muda yang tumbuh dalam era digital ini, cerita tentang kejayaan acara radio dan kenangan indah era 80-90an mungkin terdengar seperti kisah dari zaman kuno.
Namun, di balik gemerlap teknologi saat ini, tak ada salahnya untuk merenung sejenak dan mengenang kehangatan suara radio, keintiman surat-menyurat, dan kilasan nostalgia dari acara-acara seperti Top Hits Pop Indonesia.
Meski berbeda zaman, kecintaan terhadap musik dan semangat untuk terus menggali kenangan tetaplah menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai generasi, menyatukan cerita-cerita yang berharga dari masa lalu dengan perjalanan yang terus berlanjut di masa kini.[]