Dokumen Bocor Ungkap Aksi Hacker China Merambah Berbagai Negara

SUBANG, TINTAHIJAU.com – Sebuah kehebohan melanda dunia maya ketika ratusan dokumen yang diduga berasal dari seorang peretas China mulai tersebar di internet.

Dokumen-dokumen ini memberikan gambaran luas tentang aktivitas peretasan yang dilakukan di berbagai negara oleh entitas yang dikenal sebagai iSoon.

Menurut laporan Washington Post, iSoon adalah kontraktor keamanan yang memiliki keterkaitan dengan Kementerian Keamanan Publik China.

John Hultquist, seorang ahli keamanan siber, menyatakan, “Kami punya banyak alasan untuk mempercayai kalau ini adalah data otentik dari kontraktor spionase siber domestik dan global dari China.”

Berdasarkan Associated Press, kepolisian China telah memulai penyelidikan terkait kebocoran data ini. Informasi ini didapat dari dua karyawan iSoon yang memilih untuk tidak disebutkan namanya. Kedua karyawan tersebut mengonfirmasi bahwa dokumen yang bocor memang berasal dari iSoon.

Dokumen-dokumen yang tersebar tersebut mengungkapkan beragam target dari aksi peretasan, mulai dari badan pemerintahan hingga perusahaan-perusahaan di berbagai sektor. Di antara targetnya adalah perusahaan telekomunikasi dari setidaknya 20 negara, termasuk Inggris, India, Korea Selatan, Thailand, dan Malaysia.

Tidak hanya itu, dokumen tersebut juga mengungkap bahwa para peretas mengklaim bisa mengeksploitasi celah keamanan dari perangkat lunak yang dikembangkan oleh Microsoft dan Google.

Meskipun juru bicara Microsoft enggan berkomentar, juru bicara Google menyatakan bahwa dokumen tersebut tidak secara spesifik menyebutkan celah keamanan di perangkat lunak Google.

Sebaliknya, dokumen tersebut hanya menjelaskan teknik malware standar yang sudah umum diketahui oleh tim keamanan Google.

Meskipun tidak disebutkan secara spesifik dalam laporan Washington Post, dokumen-dokumen ini sejalan dengan berbagai peringatan yang telah dikeluarkan oleh badan keamanan Amerika Serikat terkait aksi peretasan yang dilakukan oleh China.

Christopher Wray, Direktur FBI, pernah menyebut bahwa China memiliki program peretasan terbesar di dunia. Ia juga mengungkapkan bahwa China telah mencuri sejumlah besar data pribadi dan perusahaan, melebihi negara-negara lain yang digabungkan.

Wray bahkan mengakui bahwa FBI kesulitan menghadapi ancaman dari para peretas China tersebut. “Jika setiap agen siber dan analis intelijen FBI difokuskan untuk mengatasi ancaman China secara eksklusif, jumlah hacker China masih tetap jauh lebih banyak dengan rasio 50 banding 1,” ungkap Wray.

Kabar tentang aksi peretasan China ini memicu kekhawatiran di banyak negara, termasuk Amerika Serikat. Langkah-langkah lebih lanjut diyakini akan diambil untuk mengatasi ancaman yang semakin merajalela ini.