SUBANG, TINTAHIJAU.com – Di sepanjang jalan menjelang senja pada bulan suci Ramadhan, aroma harum kolak seringkali menghiasi udara. Di kaki lima, para penjual dadakan bersiap-siap menjajakan hidangan yang telah menjadi ikon berbuka puasa ini.
Kolak memang tidak bisa dipisahkan dari tradisi berpuasa di Indonesia. Menu manis yang kaya akan cita rasa ini selalu menjadi pilihan utama saat waktu berbuka tiba.
Kemiripan antara kolak dengan kurma sering kali membingungkan sebagian orang. Banyak yang menganggap kolak sebagai varian dari makanan khas Arab, mirip dengan kurma yang telah dikenal luas sebagai buah berkah dari Tanah Suci.
Namun, apakah benar kolak ini berasal dari Arab Saudi atau bahkan Mekah, pusat peradaban Islam?
Menurut Fadly Rahman, seorang sejarawan makanan dari Universitas Padjadjaran, anggapan tersebut patut dipertanyakan. Baginya, kolak adalah makanan yang murni berasal dari Indonesia.
“Dalam tradisi Arab Saudi atau Mekah, tidak ada konsep makanan seperti kolak. Ini adalah tradisi kita sendiri, khas dari budaya Melayu di Indonesia,” ungkap Fadly dalam sebuah wawancara.
Meskipun begitu, tidak dapat disangkal bahwa kolak telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas ke-Islaman di Indonesia. Kehadirannya sebagai hidangan berbuka puasa yang manis telah menggantikan peran kurma di masa lampau.
Perlu diingat bahwa pada masa lalu, kurma tidaklah lazim di Indonesia. Buah yang hanya tumbuh subur di dataran Asia Barat tersebut sulit untuk diimpor ke Nusantara. Sebagai gantinya, masyarakat Indonesia menghadirkan kolak sebagai pengganti yang memenuhi cita rasa manis yang diinginkan saat berbuka.
Komposisi bahan-bahan dalam kolak juga menjadi bukti otentisitasnya sebagai hidangan Indonesia. Santan, gula aren atau gula Jawa, ubi atau singkong, dan pisang kepok menjadi unsur-unsur utama yang sulit ditemukan di negeri Arab.
“Makanan ini benar-benar khas Melayu. Meskipun ada di Malaysia, Brunei, namun mengatakan bahwa kolak berasal dari Arab sangatlah keliru,” tambah Fadly.
Dengan segala keunikan dan kelezatannya, kolak tidak hanya sekadar hidangan berbuka puasa, tetapi juga sebuah warisan budaya yang perlu dilestarikan. Sebagai simbol keberagaman kuliner Indonesia, kolak tetap kokoh berdiri sebagai bukti bahwa keindahan Ramadan di negeri ini begitu kental dengan sentuhan lokal yang memikat.






