SUBANG, TINTAHIJAU.com – Kabar tentang kasus dugaan korupsi yang menyeret Harvey Moeis, suami dari Sandra Dewi, tidak hanya menghebohkan, tetapi juga membawa dampak yang tidak diinginkan bagi beberapa individu, termasuk artis Dewi Sandra.
Belakangan ini, Dewi Sandra menjadi sasaran serangan dari warganet yang keliru menyalahkannya terkait kasus yang menimpa Sandra Dewi.
Dalam sebuah postingan yang dikutip dari laman Beritasatu.com, aktor Baim Wong menegaskan bahwa yang diserang oleh warganet adalah Dewi Sandra, bukan Sandra Dewi. Perbedaan ini penting untuk diperhatikan, mengingat keduanya merupakan individu yang berbeda meski namanya hampir serupa.
Bukan hanya Baim Wong, tetapi sejumlah tokoh juga turut mengingatkan warganet agar tidak menyerang secara membabi buta. Ridwan Kamil, mantan Gubernur Jawa Barat, menegaskan melalui media sosialnya bahwa Dewi Sandra dan Sandra Dewi adalah dua orang yang berbeda. Dia mengajak warganet untuk lebih berhati-hati dalam menyalahkan seseorang tanpa melakukan klarifikasi terlebih dahulu.
Dampak dari kesalahan ini tidak hanya dirasakan oleh Dewi Sandra sendiri, tetapi juga oleh artis lainnya. Beberapa di antaranya menyatakan kesiapan untuk membela Dewi Sandra jika serangan dari warganet masih terus berlanjut. Bahkan, Sandra Dewi sendiri sampai harus menutup kolom komentar di media sosialnya karena terus-menerus diserang oleh warganet yang keliru.
Meski menghadapi situasi yang tidak mengenakkan, Dewi Sandra tetap menunjukkan sikap yang santun. Melalui akun media sosialnya, dia menyatakan keheranannya terhadap perilaku netizen yang menyerangnya tanpa alasan yang jelas. Meski begitu, dia tetap mengingatkan warganet bahwa yang diserang adalah orang yang salah, bukan dirinya.
Kisah ini menjadi sebuah cerminan tentang pentingnya berhati-hati dalam menyalahkan seseorang secara online. Kesalahan identitas semacam ini tidak hanya menimbulkan ketidaknyamanan bagi individu yang diserang, tetapi juga menciptakan ketegangan yang tidak perlu di tengah masyarakat. Lebih dari itu, hal ini menekankan perlunya kehati-hatian dan kejernihan informasi sebelum mengekspresikan pendapat secara publik, terutama di ranah digital.