Ragam  

Peneliti dari Swiss Ciptakan Coklat yang Lebih Sehat dan Ramah Lingkungan

Ilustrasi Coklat | Foto: Telegraph

SUBANG, TINTAHIJAU.com – Para peneliti di Swiss telah menemukan cara revolusioner untuk membuat produk coklat yang lebih sehat, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Biasanya, hanya biji kakao dan ampas kakao yang digunakan dalam produksi coklat batangan.

Namun, peneliti dari Institut Teknologi Federal ETH Zurich telah menemukan bahwa kulit buah kakao juga dapat dimanfaatkan sebagai pengganti gula pasir.

Inovasi dalam Penggunaan Kulit Buah Kakao

Produk inovatif ini menggunakan lapisan dalam kulit buah kakao, yang dikenal sebagai endokarp, dan mencampurkannya dengan sedikit daging buah di sekitar biji untuk menciptakan jeli kakao yang manis.

Menurut Kim Mishra, penulis utama studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Food, hal ini memungkinkan petani untuk tidak hanya menjual biji kakao tetapi juga mengolah sari dari daging buah dan endokarpnya menjadi bubuk yang bernilai jual tinggi. “Dengan demikian, petani dapat menghasilkan pendapatan dari tiga aliran penciptaan nilai, yang membuat budidaya kakao lebih berkelanjutan,” jelas Mishra .

Proses Pembuatan Coklat Sehat

Sebelum menemukan resep yang tepat, tim peneliti bekerja sama dengan perusahaan rintisan Koa dan produsen coklat Swiss, Felchlin, melakukan berbagai eksperimen. Misalnya, jumlah sari buah dari ampas yang terlalu banyak bisa membuat coklat menggumpal, sementara jumlah yang terlalu sedikit akan menghasilkan rasa yang kurang manis.

Produk baru ini mengandung hingga 20 persen gel kakao, dibandingkan dengan coklat konvensional yang biasanya mengandung 5-10 persen gula tambahan, dan coklat hitam biasa yang mengandung sekitar 40 persen gula bubuk .

Menurut para peneliti, coklat buah kakao ini lebih sehat karena memiliki kandungan serat yang lebih tinggi dan persentase lemak jenuh yang lebih rendah.

Ramah Lingkungan

Selain lebih sehat, produk coklat baru ini juga lebih ramah lingkungan. Produksi coklat skala besar yang memanfaatkan kulit buah kakao dapat mengurangi penggunaan lahan dan potensi pemanasan global. Penilaian siklus hidup dari awal hingga pengolahan menunjukkan bahwa produksi coklat dalam skala besar dapat mengurangi dampak lingkungan dibandingkan dengan rata-rata produksi coklat hitam di Eropa.

Perubahan penggunaan lahan akibat pertanian bertanggung jawab atas lebih dari 70 persen dampak lingkungan pada semua produk coklat. Dengan menggunakan lebih sedikit biji kakao dan lebih sedikit lahan, produksi coklat yang inovatif ini mengurangi dampak pertanian secara signifikan.

Meski memerlukan lebih banyak proses dibandingkan rata-rata coklat batangan Eropa, pemanasan bubuk endokarp bertanggung jawab atas sebagian besar dampak pabrik. Namun, secara keseluruhan, coklat buah kakao ini memiliki jejak karbon yang lebih ringan .

Potensi Ekonomi Bagi Petani

Menggunakan endokarp dan bagian lain dari buah kakao yang biasanya terbuang, coklat ini juga memberi peluang bagi petani skala kecil untuk mendiversifikasi produk yang mereka tawarkan dan meningkatkan pendapatan mereka.

Meskipun perjalanan masih panjang sebelum coklat berkelanjutan ini tersedia di pasaran, inovasi ini menunjukkan potensi besar dalam menciptakan produk yang lebih ramah lingkungan dan bermanfaat secara ekonomi bagi petani .

Tantangan ke Depan

Untuk menghadirkan coklat yang lebih berkelanjutan ini ke pasar, seluruh rantai penciptaan nilai perlu disesuaikan, mulai dari petani kakao hingga pabrik pengolahan. Hal ini memerlukan perubahan signifikan dalam cara produksi dan distribusi coklat dilakukan saat ini.

Namun, dengan terus berfokus pada inovasi dan kerjasama, langkah-langkah menuju produksi coklat yang lebih sehat dan ramah lingkungan semakin mendekati kenyataan .