Ragam  

Sejarah Klub Sepak Bola PERSIB Bandung

SUBANG, TINTAHIJAU.com – PERSIB adalah klub sepak bola Indonesia yang berbasis di Kota Bandung, Jawa Barat, dan saat ini merupakan pememang dari kompetisi tertinggi Indonesia, Liga 1 tahun 2023/2024 yang baru saja usai beberapa hari yang lalu.

Menarik untuk disimak sejarah PERSIB yang muncul dari cikal bakalnyanya ialah Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) yang didirikan pada 05 Januari 1919. BIVB kala itu dibentuk sebagai perserikatan klub-klub sepakbola bumi putera pertama di Bandung.

BIVB bukan hanya organisasi olahraga, melainkan juga wadah perjuangan kaum nasionalis pada masa itu. Ketua Umum pertama BIVB adalah Mr. Syamsudin, yang kemudian digantikan oleh R. Atot, putra dari pejuang wanita Dewi Sartika. BIVB memanfaatkan lapangan Tegallega di depan tribun pacuan kuda sebagai tempat bertanding dan beberapa kali melakukan pertandingan di luar kota seperti Yogyakarta dan Jatinegara, Jakarta.

Pada tanggal 19 April 1930, BIVB turut serta dalam pembentukan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam pertemuan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta, bersama dengan VIJ Jakarta, SIVB (Persebaya), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), dan PSM (PSIM Yogyakarta). BIVB diwakili oleh Mr. Syamsuddin. Setahun kemudian, BIVB masuk final kompetisi perserikatan tahun 1933, meski akhirnya kalah dari VIJ Jakarta.

Setelah BIVB menghilang, muncul dua perkumpulan lain yang juga diwarnai semangat nasionalisme, yaitu Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada tanggal 14 Maret 1933, kedua perkumpulan ini sepakat untuk bergabung dan lahirlah Persib, dengan Anwar St. Pamoentjak sebagai Ketua Umum. Beberapa klub yang bergabung ke dalam Persib antara lain SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.

Persib kembali masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1934 dan 1936, namun keduanya berakhir dengan kekalahan dari VIJ Jakarta dan Persis Solo. Baru pada tahun 1937, Persib berhasil menjadi juara dengan mengalahkan Persis Solo di final.

Pada masa itu, ada juga perkumpulan sepak bola yang dimotori oleh orang Belanda yaitu Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO). Mereka sering meremehkan Persib yang dianggap sebagai perkumpulan “kelas dua”. Masyarakat Bandung pun lebih suka menyaksikan pertandingan VBBO yang diadakan di pusat kota, seperti di lapangan UNI dan SIDOLIG. Namun, Persib akhirnya berhasil memenangkan “perang dingin” ini dan menjadi satu-satunya perkumpulan sepak bola di Bandung setelah klub-klub VBBO seperti UNI dan SIDOLIG bergabung dengan Persib. VBBO bahkan menyerahkan lapangan UNI, SIDOLIG (sekarang Stadion Persib), dan SPARTA (sekarang Stadion Siliwangi) kepada Persib.

Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang, kegiatan sepak bola terhenti dan organisasi seperti Persib dibredel. Namun, Persib tetap berjuang meski harus beroperasi dengan nama yang diberikan oleh Jepang. Pada masa Revolusi Fisik, setelah Indonesia merdeka, Persib kembali eksis, bahkan tersebar di berbagai kota seperti Tasikmalaya, Sumedang, dan Yogyakarta, mengikuti perpindahan prajurit Siliwangi.

Pada tahun 1948, Persib kembali berdiri di Bandung. Selama masa pendudukan NICA, Persib dibangkitkan kembali oleh tokoh-tokoh seperti dokter Musa, Munadi, H. Alexa, dan Rd. Sugeng dengan Ketua Munadi. Persib berhasil mempertahankan eksistensinya sebagai satu-satunya perkumpulan sepak bola di Bandung yang didasari semangat nasionalisme.

Pada dekade 1950-an, Persib mengakhiri masa pindah-pindah sekretariat dengan bantuan Walikota Bandung R. Enoch, yang membangun Sekretariat Persib di Cilentah. Sekretariat Persib akhirnya tetap di Jalan Gurame berkat upaya R. Soendoro. Reputasi Persib sebagai salah satu jawara kompetisi perserikatan mulai dibangun, dengan meraih juara sebanyak empat kali pada tahun 1961, 1986, 1990, dan 1994. Persib juga menjadi runner-up pada tahun 1950, 1959, 1966, 1983, dan 1985.

Keberhasilan Persib di kompetisi perserikatan berlanjut dengan meraih juara Liga Indonesia pertama pada tahun 1995 tanpa pemain asing, mengalahkan Petrokimia Putra di final melalui gol Sutiono Lamso. Sayangnya, setelah kemenangan ini, prestasi Persib cenderung menurun dan hampir terdegradasi ke Divisi I pada tahun 2003. Namun, mereka berhasil bertahan di Divisi Utama melalui drama babak playoff.

Sebagai klub yang dikenal tangguh, Persib juga sering menyumbangkan pemain ke tim nasional baik yunior maupun senior. Nama-nama seperti Risnandar Soendoro, Nandar Iskandar, Adeng Hudaya, Heri Kiswanto, Adjat Sudradjat, Yusuf Bachtiar, Dadang Kurnia, Robby Darwis, Budiman, Nuralim, Yaris Riyadi hingga Erik Setiawan merupakan pemain timnas hasil binaan Persib yang turut mengharumkan nama Indonesia di kancah sepak bola internasional.

Dengan sejarah panjang dan prestasi gemilang, Persib Bandung terus menjadi simbol kebanggaan masyarakat Bandung dan salah satu kekuatan besar dalam sepak bola Indonesia.

Sumber: bandung.go.id

Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari TINTAHIJAU.COM, Klik Disini dan Klik ini