JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki menyebut bahwa aplikasi e-commerce asal China, Temu, merupakan ancaman yang lebih besar bagi UMKM dibandingkan TikTok Shop. Lantas, apa itu Temu dan bagaimana asal-usulnya?
Mengenal Temu
Temu adalah platform e-commerce yang mirip dengan Amazon, Alibaba, dan Shopee. Di sini, konsumen dapat menemukan berbagai produk, mulai dari pakaian, sepatu, aksesoris, hingga elektronik, peralatan dapur, dan perlengkapan otomotif.
Pertama kali diluncurkan di Amerika Serikat pada tahun 2022, aplikasi ini kini telah tersedia di puluhan negara dan menjadi aplikasi belanja nomor satu di Apple App Store dan Google Play Store dengan 30 juta unduhan dalam sebulan, menurut data Statista.
Keunggulan dan Kontroversi
Keunikan Temu terletak pada harga produknya yang sangat murah. Hal ini terjadi karena produsen dapat menjual produk langsung ke konsumen, tanpa perantara seperti distributor atau afiliasi.
Misalnya, sebuah tablet Android 10 inch tanpa merek dijual hanya seharga USD 55 atau sekitar Rp 890 ribuan. Model bisnis ini memungkinkan penghematan biaya yang signifikan, tetapi juga menimbulkan dampak negatif bagi sektor distribusi dan reseller.
Sejumlah merek terkenal seperti Xiaomi dan Lenovo juga membuka toko resmi di Temu, dengan centang biru sebagai tanda keasliannya. Namun, meskipun menawarkan harga yang menarik, aplikasi ini tidak lepas dari kontroversi.
Pemerintah Amerika Serikat pernah menuduh Temu sebagai aplikasi berisiko setelah Google menangguhkan aplikasi Pinduoduo karena berisi malware. Selain itu, banyak keluhan dari pengguna terkait pengiriman yang sangat lama dan kualitas produk yang rendah.
Dampak bagi UMKM Indonesia
Teten Masduki menyatakan bahwa keberadaan Temu bisa menghilangkan banyak lapangan pekerjaan di sektor distribusi karena barang dikirim langsung dari pabrik ke konsumen. “Dari ratusan pabrik dia langsung masuk ke konsumen, jadi akan ada berapa banyak lapangan kerja di distribusi akan hilang. Nggak ada lagi itu namanya reseller, afiliator, nggak ada lagi,” ujar Teten.
Dengan harga produk yang sangat murah dan diproduksi massal, UMKM yang memproduksi dalam skala kecil dan tanpa dukungan rantai pasokan yang kuat akan sulit bersaing.
Kehadiran Temu sebagai platform e-commerce baru memberikan tantangan besar bagi UMKM di Indonesia. Meskipun menawarkan harga produk yang sangat murah, berbagai kontroversi dan keluhan pengguna menunjukkan bahwa ada risiko yang perlu diperhatikan. Pemerintah dan pelaku UMKM perlu mencari cara untuk beradaptasi dan bersaing dalam ekosistem digital yang semakin ketat ini.