JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Gatot Susilo Eko Budiyanto, orang tua dari Zahra Aisyah Aplizya, anggota Paskibraka 2024 dari Sulawesi Tengah, mengungkapkan kekecewaannya setelah melihat putrinya tidak mengenakan jilbab saat pengukuhan anggota Paskibraka pada Selasa, 13 Agustus 2024. Dalam wawancaranya dengan Republika, Gatot merasa bahwa nilai-nilai keagamaan yang ia tanamkan pada putrinya diabaikan oleh negara.
“Saya terkejut saat menonton video pengukuhan di YouTube. Sebelumnya, saya melihat ada sekitar 17 atau 18 anggota perempuan yang mengenakan jilbab dalam video latihan. Namun, kali ini tidak ada satu pun yang memakai jilbab, termasuk anak saya,” ungkap Gatot dikutip Kamis (15/8/2024).
Zahra Aisyah Aplizya, yang akrab dipanggil Zaza, telah dinyatakan lolos sebagai calon anggota Paskibraka Nasional tahun 2024 pada bulan Juni lalu. Gadis berusia 16 tahun yang merupakan siswa kelas 1 SMA 2 Bungku Morowali ini juga menguasai tiga bahasa asing. Perjalanannya dimulai dari seleksi di Kabupaten Morowali, kemudian berlanjut hingga tingkat Provinsi Sulawesi Tengah.
Gatot, yang menjabat sebagai Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Morowali Utara, mengaku bangga sekaligus sedih melihat putrinya di momen pengukuhan tersebut. “Sebagai orang tua, tentu saya bangga. Namun, perasaan bangga itu bercampur dengan kesedihan yang mendalam,” katanya.
Zaza diketahui telah mengenakan jilbab sejak duduk di bangku sekolah dasar. Menurut Gatot, keputusan untuk berjilbab sepenuhnya adalah kemauan Zaza sendiri, dan keluarga merasa kecewa karena anaknya harus melepas jilbab untuk acara ini.
Lebih lanjut, Gatot menjelaskan bahwa pihak penyeleksi dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) seharusnya sudah mengetahui bahwa anaknya adalah seorang muslimah yang berjilbab. Ia menyebut bahwa pada tahun 2019 dan 2021, pembawa baki Bendera Pusaka juga mengenakan jilbab.
“Kami merasa terpukul sebagai orang tua, karena kami telah berusaha menanamkan pondasi agama yang kuat pada anak kami,” tuturnya. Gatot menambahkan bahwa sampai saat ini ia belum bisa menghubungi putrinya yang sedang dalam karantina.
Gatot juga mempertanyakan keputusan BPIP setelah melihat video terbaru dari latihan gladi bersih yang menunjukkan anggota Paskibraka Muslimah kembali mengenakan jilbab. “Ini seolah-olah menunjukkan bahwa penggunaan jilbab dianggap main-main, padahal ini adalah bagian dari syariat kami sebagai umat Islam,” tegasnya.
Sebagai orang tua, Gatot meminta agar pihak terkait menyampaikan permohonan maaf atas insiden pencopotan jilbab tersebut. “Kami secara khusus meminta permohonan maaf dari pihak yang terlibat. Siapa yang memberi perintah dan mengapa harus begitu?” ujar Gatot.
Ia juga menyayangkan langkah BPIP yang menurutnya tidak mengindahkan Pancasila, terutama sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Hingga saat ini, BPIP belum memberikan tanggapan resmi terkait pencopotan jilbab anggota Paskibraka. Kepala Biro Fasilitasi Pimpinan, Hubungan Masyarakat, dan Administrasi BPIP, Mahnan Marbawi, hanya menyampaikan bahwa dalam gladi bersih yang disaksikan Presiden, anggota Paskibraka Muslimah sudah kembali mengenakan jilbab. Namun, ia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai insiden pada upacara pengukuhan.