JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Tingginya angka pengangguran di kalangan generasi Z (Gen Z) bukan sekadar isu tanpa dasar. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sekitar 9,9 juta penduduk usia muda (15-24 tahun), atau Gen Z, saat ini berstatus menganggur atau masuk kategori NEET (not in employment, education, and training). Jumlah ini setara dengan 22,25 persen dari total penduduk usia tersebut di seluruh Indonesia.
Menurut Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziah, sebagian besar pengangguran ini adalah lulusan SMA/SMK dan perguruan tinggi yang kesulitan menemukan pekerjaan atau melanjutkan pendidikan. “Rata-rata mereka yang berusia 18-24 tahun berada dalam tahap mencari pekerjaan atau melanjutkan kuliah,” ungkap Ida kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 22 Mei 2024.
Ida menyoroti adanya ketidaksesuaian antara pendidikan yang ditempuh lulusan muda dan kebutuhan pasar tenaga kerja. Kondisi ini menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintahan Prabowo-Gibran, yang akan dilantik pada 20 Oktober mendatang.
Dalam dokumen visi dan misi pasangan ini, penciptaan lapangan kerja merupakan salah satu dari delapan misi utama yang dikenal sebagai Asta Cita. Salah satu poin penting dari misi tersebut adalah peningkatan lapangan kerja berkualitas, dorongan terhadap kewirausahaan, pengembangan industri kreatif, serta melanjutkan pengembangan infrastruktur.
Selama masa kampanye, Prabowo-Gibran beberapa kali menjanjikan penciptaan 19 juta lapangan pekerjaan. Setelah mulai menjabat, Prabowo berjanji akan turun langsung ke sektor-sektor industri untuk mengkaji akselerasi penciptaan lapangan kerja, khususnya di sektor padat karya. Harapannya, program ini akan menyerap lebih banyak tenaga kerja, termasuk bagi generasi Z yang saat ini menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan.
Sufmi Dasco Ahmad, Ketua Harian Partai Gerindra, menyatakan optimisme bahwa jika pemerintah mampu membuktikan keseriusannya dalam memajukan industri, maka investasi akan meningkat dan lapangan kerja akan terbuka lebih luas bagi masyarakat.
Selain itu, Prabowo-Gibran juga memiliki rencana untuk merevitalisasi dan memanfaatkan hutan rusak untuk pengembangan lahan tanaman seperti aren, ubi kayu, kelapa, dan sorgum, yang dapat menjadi sumber bioetanol. Langkah ini tidak hanya mendukung kedaulatan energi nasional, tetapi juga menciptakan jutaan lapangan kerja baru.
Tren Penurunan Lapangan Kerja Formal
Namun, penciptaan lapangan kerja di sektor formal di Indonesia menunjukkan tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan hasil analisis data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS dari tahun 2009 hingga 2024, tercatat bahwa jumlah pekerja sektor formal terus menurun.
Pada periode 2009-2014, sebanyak 15,6 juta orang terserap di sektor formal, tetapi jumlah ini menurun menjadi 8,5 juta pada periode 2014-2019, dan kembali menurun menjadi hanya 2 juta orang pada periode 2019-2024.
Kondisi ini menunjukkan bahwa peluang kerja di sektor formal semakin sulit, terutama bagi lulusan baru atau fresh graduate. Data Sakernas juga mengungkap bahwa generasi Z lebih sulit mencari pekerjaan dibanding generasi sebelumnya, dengan durasi masa tunggu untuk mendapatkan pekerjaan yang semakin lama.
Sebagai contoh, pada periode September 2016 hingga Agustus 2017, dari 5,8 juta lulusan di berbagai jenjang pendidikan, hanya 1,2 juta orang atau 21,9 persen yang berhasil mendapatkan pekerjaan di sektor formal.
Apakah pemerintahan Prabowo-Gibran mampu menjawab tantangan ini dan mewujudkan janji kampanyenya? Masyarakat kini menanti hasil nyata dari program-program yang dijanjikan.
Sumber: KOMPAS