JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Ahmad Dhani dan Once Mekel, dua musisi yang pernah berkolaborasi dalam band Dewa 19, kini kembali dipertemukan dalam satu komisi di DPR, yakni Komisi X. Komisi ini menangani berbagai bidang penting seperti pendidikan, kebudayaan, olahraga, hingga pariwisata.
Ahmad Dhani terpilih sebagai anggota DPR dari Fraksi Gerindra mewakili daerah pemilihan Surabaya dan sekitarnya dalam Pemilu Legislatif yang lalu. Di sisi lain, Once Mekel mewakili PDIP untuk wilayah Jakarta Selatan dan Luar Negeri.
Selain Dhani dan Once, sejumlah figur publik lain dari kalangan artis dan musisi juga menjadi anggota Komisi X, seperti Denny Cagur yang mewakili PDIP dan Melly Goeslaw dari Gerindra. Susunan anggota komisi ini ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPR kelima pada masa sidang I tahun 2024-2025, yang digelar pada Selasa, 22 Oktober 2024.
Dalam rapat paripurna tersebut, komposisi anggota dan pimpinan komisi disahkan, termasuk mitra-mitra kerja mereka. Setelah ditetapkan, anggota komisi segera mulai bekerja dengan menggelar rapat bersama pemerintah untuk membahas program kerja mereka.
Meskipun pernah berseteru mengenai masalah royalti, Once mengaku tidak mempermasalahkan kebersamaannya kembali dengan Ahmad Dhani di DPR. Once menyatakan bahwa dirinya malah merasa situasi ini akan menjadi menarik.
Pada Oktober 2024, Once menyampaikan bahwa ia akan fokus pada isu hak cipta di kalangan seniman dan musisi, terutama di tengah perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang semakin mempengaruhi industri kreatif.
Dhani dan Once sebelumnya pernah berselisih karena masalah royalti lagu Dewa 19. Dhani menyinggung bahwa meskipun Once keluar dari band pada 2010, ia masih membawakan lagu-lagu Dewa 19 dalam penampilannya. Sebagai langkah pribadi, Once kini memutuskan untuk tidak lagi membawakan lagu-lagu karya Dhani dan Dewa 19 untuk sementara waktu.
Kolaborasi Dhani dan Once di DPR ini menjadi salah satu pertemuan menarik di dunia politik Indonesia, khususnya di bidang yang dekat dengan kreativitas dan kebudayaan. Meski memiliki latar belakang yang sama, keduanya kini menghadapi tantangan baru untuk bekerja sama dalam lingkup yang lebih formal dan luas di dunia politik.