BANDUNG, TINTAHIJAUCOM- Sejumlah calon kepala daerah petahana di Jawa Barat berpotensi tumbang dalam Pilkada Serentak 2024.
Potensi ini didasarkan pada hasil sementara hitung cepat (quick count) beberapa lembaga survei yang menunjukkan hasil cukup mengejutkan. Tidak sedikit calon petahana yang diprediksi gagal mempertahankan posisinya.
Data sementara mencatat, beberapa daerah yang diprediksi calon petahananya tumbang, antara lain Kabupaten Bandung Barat, Kota Cirebon, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Subang, Purwakarta, Kabupaten Indramayu. Meski demikian, hasil tersebut belum bisa dijadikan acuan resmi.
Menanggapi fenomena ini, Pengamat Politik yang juga Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba), Prof. Dr. Septiawan Santana Kurnia, menyebutkan bahwa fenomena ini mencerminkan perubahan pola pikir masyarakat dan dinamika politik yang semakin kompleks.
Prof. Septiawan menjelaskan, ada tiga fenomena yang menjadi penyebab tumbangnya calon petahana: masyarakat yang semakin kritis, persaingan politik yang kian ketat, dan berkurangnya dominasi petahana dalam kampanye.
“Rakyat semakin jeli. Mereka tidak lagi mudah dipengaruhi serangan fajar, media sosial yang agresif, atau kampanye tradisional. Saat ini, rakyat menuntut lebih dari para calon pemimpinnya,” kata Prof. Septiawan, Kamis, 28 November 2024.
Ia menambahkan bahwa strategi komunikasi politik saat ini tidak bisa hanya mengandalkan satu elemen seperti partai atau media. Dibutuhkan pendekatan terpadu yang melibatkan calon, masyarakat, media, dan pemerintah secara sinergis.
“Proses komunikasi politik harus melibatkan semua elemen. Tidak boleh hanya mengandalkan media atau kegiatan di lapangan saja. Semua komponen harus dirancang dan diramu dalam strategi yang efektif,” ujarnya.
Prof. Septiawan juga menekankan bahwa keberhasilan calon petahana tidak lagi hanya bergantung pada rekam jejak mereka, tetapi juga pada kemampuan menyentuh hati, pikiran, dan tindakan masyarakat.
“Masyarakat ingin kebaruan, bukan hanya dari sosok calon, tetapi juga dari ide dan program yang ditawarkan. Kebaruan ini bisa berupa kedekatan personal dengan masyarakat atau relevansi program dengan kebutuhan mereka,” tambahnya.
Terpisah, Pengamat Politik Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), Arlan Siddha, menyebutkan bahwa ketidakpercayaan masyarakat terhadap kinerja petahana menjadi salah satu faktor utama.
“Masyarakat saat ini kritis. Mereka menilai apa yang sudah dilakukan petahana dan dampaknya bagi masyarakat. Jika hasilnya tidak memuaskan, mereka cenderung beralih ke calon lain,” ujar Arlan.
Ia mencontohkan, di beberapa daerah seperti Kabupaten Bandung Barat, penilaian terhadap petahana bisa memengaruhi hasil. Namun, di daerah lain seperti Kabupaten Bandung dan Cimahi, kekuatan petahana masih cukup kuat.
“Tidak hanya politik uang yang berperan, tetapi juga penilaian mendalam masyarakat terhadap calon,” tegasnya.