JAKARTA, TINTAHIJAU.com — Galeri Emiria Soenassa di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, menjadi tuan rumah acara bedah buku bertajuk Arsitektur Karya Akademis UI: IBAN yang diselenggarakan pada hari Jumat, 24 Januari 2025 lalu. Buku ini merupakan hasil dokumentasi dari Tim Ekskursi Arsitektur Universitas Indonesia (UI) 2024 yang mendalami kehidupan suku Dayak Iban, terutama dari sudut pandang arsitektur.
Acara yang berlangsung pukul 15.00 hingga 17.00 WIB ini menghadirkan pembicara Ati Bachtiar dan Prof. Kemas Ridwan Kurniawan, S.T., M.Sc., Ph.D., serta dua anggota Tim Ekskursi, yaitu Satrio Rafi Adirangga dan Salvia Claresta Aurel. Diskusi dipandu oleh moderator Nadia Fadilah.
Diskusi ini membedah isi buku yang meliputi alur penyampaian, akurasi data, aspek teknis, serta kelengkapan informasi. Buku ini bertujuan sebagai dokumentasi perjalanan Tim Ekskursi dalam mengenal lebih dekat masyarakat Dayak Iban, terutama bagaimana mereka hidup selaras dengan alam, komunitas, dan arsitektur unik mereka.

Salah satu poin utama yang dibahas adalah arsitektur rumah panjai, rumah adat khas suku Iban, yang mencerminkan budaya, kebiasaan, dan ritual masyarakat setempat. “Tujuan utama dari buku ini adalah untuk menjadi dokumentasi dan catatan perjalanan kami dalam menceritakan kisah suku Iban dari perspektif arsitektur,” ungkap Satrio Rafi dalam diskusi.
Selain itu, diskusi ini juga bertujuan untuk memperluas perspektif dan mempercepat verifikasi data sebelum buku diterbitkan secara luas. Pembicara dan peserta turut mengulas bagaimana kehidupan masyarakat Iban dapat menginspirasi penerapan arsitektur yang berkelanjutan dan harmonis dengan lingkungan.
Prof. Kemas Ridwan Kurniawan menambahkan pentingnya eksplorasi arsitektur tradisional seperti rumah panjai untuk memahami lebih dalam keterkaitan antara budaya dan ruang hidup. “Arsitektur bukan hanya tentang struktur, tetapi juga tentang cara hidup yang menjadi bagian dari identitas suatu komunitas,” ujar beliau.

Sementara itu Ati Bachtiar juga mengemukakan pendapatnya tentang program ini; “Saya sangat mengapresiasi program ekskursi Arsitektur UI yang telah berupaya mendokumentasi dan menyebarluaskan kearifan lokal dan kekayaan budaya Indonesia khususnya yang berkaitan Arsitektur.”
Lebih lanjut Ati juga mengatakan “Rumah Panjay suku Dayak IBAN di desa Batu Bintang sungai Utik kecamatan Embaloh Hulu kabupaten Kapuas Hulu memang pantas dijadikan barometer kehidupan rumah adat di Indonesia secara umum dan rumah panjang suku Dayak Secara khusus.”
“Suku Dayak IBAN telah berhasil mempertahankan kelangsungan tradisi hidup bersama secara komunal dalan sebuah rumah adat Rumah Panjang. Berbeda dengan nasib rumah panjang diberbagai suku Dayak yang telah ditinggalkan komunitasnya. Rumah adat atau rumah lamin Dayak yang dibangun pada saat ini lebih berfungsi sebagai Balai Pertemuan. Tidak sebagai rumah tinggal yang dihuni oleh puluhan keluarga.” ujar Ati
Rumah Panjai Dayak IBAN juga telah berhasil mempertahankan hutan adat warisan nenek moyangnya ditengah gempuran deforestasi di tanah Kalimantan hingga mendapat penghargaan International

Acara ini memberikan wawasan berharga tidak hanya bagi mahasiswa arsitektur, tetapi juga masyarakat umum yang tertarik pada budaya Nusantara dan keberlanjutannya. Dengan diskusi yang mendalam dan kolaboratif, diharapkan buku ini dapat menjadi referensi yang kuat dalam memahami kekayaan budaya dan arsitektur suku Dayak Iban.
Bedah buku ini membuktikan bahwa arsitektur tidak hanya soal estetika, tetapi juga tentang kisah yang diceritakan melalui ruang dan interaksi manusia dengan lingkungannya. Buku ini diharapkan dapat menjadi pintu untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia, khususnya dari perspektif arsitektur suku Iban.
Penulis: Kin Sanubary