Ragam  

Waspada Acute Mountain Sickness, Penyakit Ketinggian yang Mengancam Pendaki

Upaya evakuasi pendaki Cartenz Pyramid, Timika, Papua Tengah, Minggu (2/3/3035). (Sumber: Kantor Pencarian dan Pertolongan Timika)

JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Acute Mountain Sickness (AMS) atau penyakit ketinggian akut merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu diwaspadai oleh para pendaki gunung. Kondisi ini dapat menyerang siapa saja yang naik ke ketinggian dengan cepat tanpa memberikan waktu bagi tubuh untuk beradaptasi.

Penyebab dan Risiko AMS

AMS terjadi akibat kadar oksigen dan tekanan udara yang lebih rendah di ketinggian. Tubuh membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan ini, dan jika proses aklimatisasi tidak berjalan dengan baik, pendaki dapat mengalami mabuk gunung akut.

Selain faktor ketinggian, tenaga yang dikeluarkan saat mendaki juga berperan dalam memicu AMS. Mendaki dengan kecepatan tinggi atau terlalu memaksakan diri dapat meningkatkan risiko penyakit ini. Setiap pendaki berpotensi mengalami AMS, terutama mereka yang mencoba mencapai ketinggian ekstrem dalam waktu singkat.

Beberapa kelompok yang lebih rentan terhadap AMS meliputi orang dengan riwayat anemia, penyakit jantung, serta gangguan paru-paru. Oleh karena itu, pendaki dengan kondisi kesehatan tertentu harus lebih berhati-hati saat mendaki ke ketinggian.

Gejala Acute Mountain Sickness

Menurut Cleveland Clinic, gejala AMS dapat bervariasi tergantung tingkat keparahannya. Biasanya, gejala mulai muncul satu hari setelah mencapai ketinggian atau segera setelahnya.

Gejala ringan AMS meliputi:

  • Pusing
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot
  • Insomnia
  • Mual dan muntah
  • Mudah marah
  • Kehilangan selera makan
  • Pembengkakan pada tangan, kaki, dan wajah
  • Detak jantung cepat
  • Sesak napas saat beraktivitas fisik

Sementara itu, AMS yang lebih parah dapat menimbulkan gejala berikut:

  • Batuk
  • Sesak napas
  • Kulit pucat
  • Hilangnya keseimbangan
  • Menarik diri dari lingkungan sosial

Dalam beberapa kasus, AMS yang parah dapat menyebabkan komplikasi berbahaya seperti edema paru dan edema otak, yang berpotensi mengancam nyawa.

Pencegahan dan Penanganan AMS

Untuk mengurangi risiko AMS, pendaki disarankan untuk mendaki secara bertahap dan memberikan waktu bagi tubuh untuk beradaptasi dengan ketinggian. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

  • Aklimatisasi: Berhenti di ketinggian tertentu selama beberapa hari sebelum naik lebih tinggi.
  • Hindari mendaki terlalu cepat: Usahakan tidak naik lebih dari 300-500 meter per hari setelah mencapai ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut.
  • Cukup hidrasi: Minum air dalam jumlah cukup untuk menghindari dehidrasi.
  • Hindari alkohol dan obat penenang: Zat ini dapat memperburuk gejala AMS.
  • Konsumsi makanan bergizi: Pastikan tubuh mendapatkan cukup energi untuk menghadapi perubahan ketinggian.

Jika mengalami gejala AMS, sebaiknya segera turun ke ketinggian yang lebih rendah dan istirahat hingga kondisi membaik. Dalam kasus yang lebih parah, diperlukan penanganan medis untuk mencegah komplikasi serius.

AMS merupakan penyakit ketinggian yang dapat menyerang siapa saja, terutama pendaki yang naik terlalu cepat tanpa aklimatisasi yang memadai. Memahami penyebab, gejala, serta langkah pencegahannya sangat penting agar aktivitas pendakian tetap aman dan menyenangkan. Oleh karena itu, setiap pendaki sebaiknya selalu memperhatikan kondisi tubuh dan tidak memaksakan diri saat mendaki ke ketinggian ekstrem.

Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari TINTAHIJAU.COM, Klik Disini dan Klik ini