SUBANG, TINTAHIJAU.COM – Gubernur Jabar Dedi Nulyadi meneken Surat Edaran yang mengatur pendidikan dengan konsep Gapura Panca Waluya.terkait
Surat edaran bernomor 43/PK.03.04/KESRA ditujukan kepada bupati/wali kota yang berwenang pada Paud – SD – SMP, Kepala Dinas Pendidikan Jabar yang mengurus SMA/SMK sederajat, serta Kantor Kementerian Agama yang menaungi pondok pesantren.
Salah satu pin dalam SE tersebut adalah melarang sekolah menggelar wisuda di semua jenjang pendidikan dasar menengah. Wisuda hanya seremonial yang tidak memiliki makna akademik bagi perkembangan pendidikan.
Terbitnya SE Gubernur Jabar, Sekolah di Kabupaten Subang, khususnya SMA dan SMK mengurungkan untuk menggelar wisuda. Alternatifnya mereka menggelar perpisahan dengan berkumpul dan bergembira bersama guru dan antar siswa kelas akhir.
Momen perpisahan para siswa dan guru di sekolah semakin seru dengan menghadirkan petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) beserta mobilnya ke sekolah untuk menyemprotkan air ke mereka. Sementara siswa menyalakan flare warna warni.
Keseruan momen bersama sebelum menanggalkan seragam putih abu-abu bercampur dengan suasana haru. Mengingat beberapa waktu kedepan mereka akan terpisah untuk melanjutkan jenjang pendidikan dan bekerja.
Tradisi perpisahan semacam itu memantik aktivitas Petugas Damkar di Kabupaten Subang kian meningkat. Mereka kebanjiran pesanan untuk datang ke sekolah guna menyemprotkan air pada momen bersejarah bagi siswa kelas akhir.
Kepala Bidang Damkar Sapoldam Kabupaten Subang, Dede Rosmayadi mengatakan, dalam sepekan ini pihaknya menerima undangan dari empat sekolah, dari mulai sekolah di Subang Kota, Kalijati sampai sekolah di daerah Pantura Subang.
“Mungkin dampak dari adanya larangan Wisuda pelajar, jadi ramai, banyak sekolah yang meminta. Dan terakhir, ini kami baru pulang di SMA dan SMK Yadika,” kata Barjhon, sapaan Dede Rosmayadi.
Barjhon mengaku, hingga saat ini undangan perpisahan masih datang ke ruang kerjanya. Dia meyakini, untuk merespon permintaan pelajar dan atau sekolah itu pihaknya tidak memungut uang sepeserpun.
“Kita bahagia ketika mereka bahagia. Kita bantu saja mereka, tanpa ada bayaran. Daripada mereka keluar, dan melakukan hal yang negatif kan,” imbuhnya.