Legislator PKB Kritik Masjid Megah Tanpa Fasilitas Ramah Disabilitas

JAKARTA, TINTAHIJAUCOM – Kritik tajam terhadap minimnya perhatian terhadap aksesibilitas disabilitas di tempat ibadah mencuat dalam Halaqoh Kebangsaan bertajuk “Masjid Ramah Disabilitas dan Pemberdayaan Umat” yang digelar di Kantor P3M (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Masyarakat), Cililitan Kecil, Kramatjati, Jakarta Timur.

Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi PKB, KH. Maman Imanulhaq, menyayangkan masih banyaknya pembangunan masjid megah yang abai terhadap kebutuhan kaum disabilitas.

“Negara belum serius memberikan dukungan kepada penyandang disabilitas. Masjid dibangun megah, tapi tak bisa diakses difabel. Ini bentuk diskriminasi struktural yang dibungkus dalam kesalehan simbolik,” tegas Maman.

Kritik serupa disampaikan Fatimah Asri Mutmainnah dari Komisi Nasional Disabilitas. Ia menilai belum adanya peta jalan nasional yang memastikan seluruh masjid, baik milik pemerintah maupun swasta, memenuhi standar aksesibilitas.

“Kementerian Agama dan Dewan Masjid Indonesia (DMI) seharusnya memiliki indikator teknis dan anggaran afirmatif. Namun hingga kini, hampir tak terdengar adanya alokasi khusus untuk masjid ramah disabilitas,” ujarnya.

Perwakilan DMI, Rahmat Hidayat, mengakui perlunya reformasi tata kelola masjid yang lebih inklusif. Namun, ia juga menyoroti keterbatasan dukungan regulasi dan anggaran. “Kesadaran mulai tumbuh di kalangan takmir, tapi tanpa regulasi dan dukungan nyata, semuanya hanya sebatas wacana,” ungkapnya.

Peneliti P3M, Badrus Samsul Fata, menambahkan bahwa banyak program keagamaan pemerintah masih bersifat seremonial dan belum menyentuh akar persoalan sosial. “Kita membutuhkan masjid yang membumi, yang berpihak pada kelompok rentan seperti penyandang disabilitas,” katanya.

Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI, Basnang Said, menyambut baik aspirasi berbagai pihak dan menyatakan komitmen Kemenag untuk membuka ruang kolaborasi dalam menyusun panduan menuju masjid yang inklusif.

Halaqoh ini menghasilkan sejumlah rekomendasi, antara lain pengalokasian anggaran khusus untuk pembangunan dan renovasi masjid ramah disabilitas, pelatihan bagi takmir tentang layanan keagamaan inklusif, serta audit aksesibilitas masjid secara nasional melalui kolaborasi lintas sektor.

Pesan utama acara ini: membangun masjid ramah disabilitas bukan semata soal fisik, melainkan soal keberpihakan, keadilan, dan kemanusiaan.