Ragam  

Jangan Salah Paham, Kenali Mistos yang Menyesatkan Soal Stroke

JAKARTA, TINTAHIJAU.com — Stroke merupakan salah satu kondisi medis serius yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang. Gangguan ini dapat disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah di otak (stroke hemoragik). Keduanya memerlukan penanganan cepat karena dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen atau bahkan mengancam nyawa.

Namun, di tengah masyarakat masih banyak beredar mitos seputar stroke yang dapat menyesatkan dan menghambat penanganan medis yang tepat. Informasi yang keliru ini tidak hanya menimbulkan kesalahpahaman, tetapi juga berpotensi memperburuk kondisi penderita. Berikut ini adalah beberapa mitos umum tentang stroke yang perlu diluruskan, sebagaimana dikutip dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI):

1. Stroke Bukan Penyakit Keturunan

Fakta: Stroke bisa diturunkan dalam keluarga. Hal ini karena anggota keluarga biasanya memiliki pola hidup dan lingkungan yang sama, seperti pola makan yang tidak sehat, kebiasaan merokok, serta kurang aktivitas fisik. Selain itu, faktor genetik juga memainkan peran penting dalam meningkatkan risiko stroke.

2. Stroke Tidak Dapat Diobati

Fakta: Stroke justru harus segera ditangani, terutama dalam beberapa jam pertama setelah serangan. Periode ini dikenal sebagai golden period, di mana penanganan cepat dapat menyelamatkan nyawa dan meminimalkan kerusakan otak. Untuk stroke iskemik, terapi trombolisis dapat melarutkan bekuan darah, sementara stroke hemoragik mungkin memerlukan tindakan bedah. Proses pemulihan juga dapat dibantu melalui fisioterapi, terapi bicara, dan pengobatan jangka panjang.

3. Stroke Hanya Terjadi pada Orang Tua

Fakta: Meskipun usia lanjut meningkatkan risiko stroke, penyakit ini juga dapat menyerang orang muda, terutama mereka yang memiliki faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, obesitas, kebiasaan merokok, atau riwayat stroke dalam keluarga.

4. Stroke Ringan Tidak Berbahaya

Fakta: Stroke ringan atau Transient Ischemic Attack (TIA), meskipun gejalanya hilang dalam waktu singkat, tetap merupakan peringatan serius. TIA dapat menjadi tanda awal dari stroke yang lebih berat. Karena itu, penanganan medis setelah TIA sangat penting untuk mencegah kejadian yang lebih parah di kemudian hari.

5. Stroke Selalu Menyebabkan Kelumpuhan

Fakta: Tidak semua penderita stroke mengalami kelumpuhan permanen. Tingkat keparahan dampak stroke tergantung pada seberapa besar area otak yang terkena. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), lebih dari separuh penderita stroke yang berusia di atas 65 tahun mengalami penurunan mobilitas. Namun, dengan penanganan dan rehabilitasi yang tepat, sebagian penderita dapat kembali beraktivitas secara normal.

Mengenali fakta seputar stroke sangat penting agar kita dapat memberikan penanganan yang cepat dan tepat. Jangan mudah percaya dengan mitos yang belum terbukti kebenarannya. Edukasi kesehatan yang benar dapat membantu mencegah risiko stroke dan meningkatkan peluang pemulihan bagi para penderitanya.