Di tengah hiruk pikuk arus informasi digital yang kian cepat, nama Annas Nashrullah mencuat sebagai sosok yang tak hanya menyampaikan kabar, tetapi juga merawat daerahnya lewat karya dan inovasi.
Lahir di Majalengka, 24 April 1980, Annas tumbuh dalam keluarga sederhana yang kental dengan nilai-nilai religius dan semangat belajar. Ia adalah anak kedua dari tiga bersaudara, buah hati dari pasangan Kadinah dan Umi Hani yang tekun membesarkan anak-anaknya dengan disiplin dan kasih sayang.
Sejak kecil, Annas sudah akrab dengan dunia pendidikan. Ia mengawali pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah dan SDN Leuweunghapit dan melanjutkan ke MTsN Bantarwaru, keduanya di Majalengka.
Perjalanan keilmuannya berlanjut ke Madrasah Aliyah Darunnajah, Jakarta, sebuah pesantren yang kelak membentuk karakter dan kepekaan sosialnya. Di pesantren itu pula, ia menuntaskan pendidikan tinggi di Universitas Darunnajah, jurusan Syariah dengan konsentrasi Ahwal Syakhsiyah.
Tahun 2007 menjadi salah satu babak penting dalam hidupnya. Ia menikahi Ipiet Nurhayati, perempuan Suku Betawi dari Jurangmangu, Tangerang Selatan, yang juga merupakan adik kelas dan anak didikya semasa di pesantren.
Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai empat anak: Getsa Alleysa Azra, Muhammad Lubawi Alvien, Muhammad Nabhan Almuhabbir, dan Muhammad Nabiel Arruba. Keluarga kecil ini kini menetap di Sukamelang, Subang, kota yang menjadi medan perjuangan dan pengabdian Annas dalam dunia media, literasi, dan pemberdayaan masyarakat.
Meniti Jejak dari Ruang Kelas ke Dunia Jurnalistik
Karier Annas di dunia profesional dimulai sebagai guru di Pesantren Darunnajah. Selain mengajar, ia juga dipercaya mengelola dokumentasi, publikasi, dan administrasi pendidikan di Yayasan tersebut. Namun kecintaannya terhadap dunia tulis-menulis dan informasi tak terbendung.
Tahun 2005, ia menapaki dunia jurnalistik profesional sebagai wartawan harian Seputar Indonesia (SINDO), media milik MNC Group yang saat itu tengah berkembang pesat. Di sinilah Annas mengasah kemampuannya dalam menyajikan berita yang akurat, cepat, dan mendalam.
Selama empat tahun, ia menjelajahi banyak wilayah, menulis berbagai isu, dari kebijakan daerah hingga potret kehidupan masyarakat. Jurnalisme memberinya perspektif yang lebih luas: bahwa informasi bukan sekadar teks, melainkan alat perubahan sosial.
Membangun Media dari Nol di Kota Kecil
Tahun 2011 menjadi tonggak penting dalam perjalanan hidup Annas. Ia memutuskan kembali ke Subang setelah 6 bulan pulang ke Pondok Aren setelah resign dari SINDO.
Dengan modal nekad, ia mendirikan TINTAHIJAU.com, media online lokal pertama di kabupaten tersebut. Di tengah keterbatasan infrastruktur dan dukungan, ia memulai segalanya dari nol; tanpa tim, tanpa modal besar. Ia menjadi wartawan, editor, hingga penyebar berita sekaligus.
Namun kegigihannya membuahkan hasil. Dalam beberapa tahun, TINTAHIJAU.com tumbuh menjadi salah satu media yang paling dipercaya masyarakat Subang. Dengan semangat independen dan keberpihakan pada warga, media ini menghadirkan berita-berita lokal yang sebelumnya tak banyak tersorot media arus utama.
“Media itu bukan hanya soal menyampaikan kabar. Tapi soal menjaga konsistensi, merawat kepercayaan publik,” ujarnya suatu ketika.
Delapan tahun sejak berdiri, hingga saat ini, TINTAHIJAU.com telah memiliki tim redaksi tetap sebagai pasukan tempur di belakang layar. Konsisten dan semangat itu yang pada akhirnya menempatkan TINTAHIJAUCOM menjadi rujukan utama Masyarakat tidak terkecuali institusi dan komunitas lokal di Subang.
Inovasi Digital, Spirit Ekonomi Daerah
Tak berhenti di jurnalisme, Annas kembali membuat gebrakan. Tahun 2025, tepatnya Bulan Ramadan, Annas bersama dua rekannya; Kiki M Iqbal dan Brian Kamoed, menginisiasi dan membidani platform e-Commerce di Kabupaten Subang.
Ya, LapakSubang.com! Ini merupakan platform e-commerce lokal pertama yang menghubungkan pelaku UMKM, penyedia jasa, dan masyarakat Subang secara digital.
Lebih dari sekadar marketplace, LapakSubang adalah bentuk kecintaan pada tanah kelahiran. Sehingga di dalamnya, mengoptimalkan aneka produk UMKM yang merupakan home made masyarakat setempat.
Selain itu, LapakSubang juga melayani jual beli otomotif, properti, hingga jasa kreatif seperti jasa antar jemput orang dan barang, bahkan melayani semua masalah di dalam rumah.
Dengan tagline: “Cari apa saja di Subang, ada di sini,” platform ini menjadi jembatan digital antara warga dan ekonomi lokal.
“Adaptasi adalah kunci. Tapi yang utama tetap niat untuk memberi manfaat untuk semua,” kata Annas.
Dia menegaskan bahwa inovasi bukan soal teknologi semata, tapi tentang keberpihakan dan keberanian untuk berubah.
Aktivisme, Literasi, dan Kolaborasi
Di luar kesibukannya membangun media dan platform digital, Annas aktif sebagai narasumber di berbagai forum. Ia kerap diundang untuk berbicara di kampus, instansi pemerintah, dan komunitas, membahas isu jurnalistik, tata kelola informasi, hingga pemberdayaan masyarakat.
Ia juga menggagas kegiatan literasi publik seperti NgabubuREAD, membaca sambil menunggu berbuka puasa yang melibatkan pelajar dan mahasiswa. Di sisi lain, ia menjalin kolaborasi dengan pemerintah daerah untuk kegiatan sosial, dan aktif membina wartawan serta generasi muda dalam pelatihan jurnalistik dan media digital.
Dari Subang untuk Indonesia
Annas Nashrullah adalah potret pejuang lokal yang memilih jalan sunyi: membangun dari daerah, untuk daerah. Dalam setiap karya, ia menyisipkan semangat bahwa perubahan besar bisa dimulai dari tempat yang kecil — asalkan konsisten, kreatif, dan niatnya benar.
“Media itu alat. Niat kita yang menggerakkan,” ucapnya, sederhana, tapi penuh makna.
Dari Majalengka, ke Jakarta, hingga Subang, Annas menunjukkan bahwa cinta kampung halaman bisa diwujudkan dalam bentuk yang nyata: berita yang jujur, platform yang inklusif, dan semangat kolaborasi yang tak pernah padam.
“Kita harus berani dan menjadi inspirasi nyata, bahwa dari kampung bisa lahir dampak besar, jika kita konsisten, kreatif, dan punya niat baik,” pungkas laki-laki yang berulang kali diganjar Penghargaan dari Bupati Subang dan institusi lainnya, di bidang jurnalistik.