Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Soroti Bandara Kertajati, Jadi Beban Keuangan Daerah

MAJALENGKA, TINTAHIJAU.com — Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyoroti kondisi operasional Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati yang dinilainya tidak berjalan secara optimal. Hal itu ia ungkapkan dalam sambutannya pada rapat paripurna peringatan Hari Jadi ke-535 Kabupaten Majalengka, Sabtu (7/6).

Dalam kesempatan tersebut, Dedi menyampaikan keprihatinannya terkait minimnya aktivitas penerbangan di BIJB. Bahkan secara satir, ia menyebut bandara tersebut kini lebih menyerupai “peuteuy selong”, istilah Sunda untuk petai kering, karena tidak adanya pesawat yang beroperasi secara rutin.

“Majalengka ke sananya sudah ada bandara. Padahal sekarang udah berubah jadi peuteuy selong. Kenapa jadi peuteuy selong? Kan nggak ada pesawatnya, nggak maju-maju,” ungkap Dedi.

Gubernur yang baru menjabat selama tiga bulan itu mengaku belum dapat melakukan banyak perubahan terhadap kondisi bandara. Meski demikian, ia menyatakan tengah menyusun strategi jangka panjang agar kawasan sekitar BIJB dapat dikembangkan dan tidak terus menjadi beban anggaran daerah.

“Harus bagaimana? Biar dipikirkan ada desain strategi harus disiapkan. Jangan dulu marahin (saya) sekarang, kan saya baru tiga bulan,” katanya.

Dedi juga menyoroti pembiayaan yang harus ditanggung Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menopang operasional BIJB. Menurutnya, setiap tahun Pemprov Jabar harus menutupi kekurangan anggaran bandara tersebut sebesar Rp60 miliar.

“Kan nombok setiap tahun Rp 60 miliar untuk bandara. Harus bagaimana?” ujarnya.

Lebih lanjut, Dedi melihat Majalengka sebagai daerah yang memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi kawasan industri. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya pengembangan sektor pendidikan, terutama pendidikan vokasi dan kejuruan, untuk mendukung kebutuhan tenaga kerja industri di kawasan Rebana Metropolitan, yang meliputi wilayah Indramayu, Cirebon, Majalengka, dan Subang.

“Pengembangan pendidikan tinggi yang berbasis pasar. Sekolah SMK dorong pertumbuhannya, engineer dorong pertumbuhannya. Supaya apa? Supaya menguasai industri Rebana. Giliran ada pabrik tapi orangnya nggak disiapkan, mentalnya nggak dibangun, tetap nanti pabrik diisi orang lain,” tegas Dedi.

Pernyataan Dedi Mulyadi ini menegaskan urgensi perencanaan pembangunan yang terintegrasi antara infrastruktur, pendidikan, dan industri demi kemajuan ekonomi daerah.