Ragam

Nasi Timbel Ceu Uju, Cita Rasa Legendaris dan Semangat Baru Bagi Janda Baru di Subang

×

Nasi Timbel Ceu Uju, Cita Rasa Legendaris dan Semangat Baru Bagi Janda Baru di Subang

Sebarkan artikel ini

SUBANG, TINTAHIJAU.COM – Di sebuah sudut jalan yang tak begitu bising di Jl. KS Tubun Subang, aroma sedap nasi timbel mengepul dari gerobak sederhana.

Tak ada papan nama mencolok, tak ada kursi mewah. Hanya meja kayu, tenda kecil, dan sosok ramah bernama Ceu Uju yang sibuk melayani pelanggannya.

Namun, siapa sangka, dari tempat inilah, banyak perempuan Subang menyuap harapan baru—tepat setelah lembaran hidup mereka berganti status.

Hari itu, Karen (bukan nama sebenarnya), 30 tahun, baru saja keluar dari gedung Pengadilan Agama Subang. Ia baru saja resmi bercerai setelah enam bulan proses yang melelahkan. Tanpa air mata, ia melangkah pasti ke gerobak nasi timbel Ceu Uju yang hanya berjarak beberapa meter dari pengadilan.

“Sekarang beres cerai langsung move on. Enggak ada drama-drama, kita sikat nasi timbel di sini,” katanya sambil tertawa lepas.

Ceu Uju bukan nama asing di kawasan ini. Sejak awal tahun 2000-an, ia telah berjualan nasi timbel di depan Gedung DPD Golkar, persis di seberang Kantor Dinas Pendidikan dan samping Pengadilan Agama.

Menu andalannya sederhana: nasi timbel merah atau putih, ayam goreng, udang goreng, tahu-tempe, sop, lalapan, dan sambal yang pedasnya nancep.

Tapi warung kecil ini lebih dari sekadar tempat makan siang. Dalam diamnya, ia menjadi tempat berlabuh emosi. Bagi mereka yang baru selesai urusan hukum, khususnya perceraian, gerobak Ceu Uju seperti oase keci, menawarkan kenyang, tenang, dan sedikit pelipur hati.

“Kadang saya lihat wajah-wajah yang baru aja selesai urusan berat. Ada yang kelihatan lega, ada juga yang masih merah matanya. Tapi kalau udah makan, biasanya mereka tersenyum,” cerita Ceu Uju sambil menyiapkan air teh untuk pelanggannya

Karen mengaku nasi timbel Ceu Uju memang punya daya tarik tersendiri. “Enak, murah, rame terus. Tapi yang paling kerasa itu sambalnya. Rasanya kayak semangat baru,” katanya

Ia bahkan menjadikan makan di tempat itu sebagai ritual pasca sidang. “Murah meriah tapi bikin hati adem. Total ngurus cerai habis Rp600 ribu, tapi yang paling worth it ya makan nasi timbelnya,” ucapnya sambil terkekeh.

Bukan hanya Karen. Pelanggan lain, Alvien, mengatakan udang goreng Ceu Uju adalah favoritnya. “Susah nyari udang goreng enak di Subang Kota, makanya pas tahu di sini ada, saya balik-balik terus,” ujarnya

Ceu Uju sendiri mengaku tak pernah menyangka bahwa nasi timbelnya bisa punya arti sedalam itu.

“Saya mah cuma niat dagang. Tapi ternyata banyak juga yang cerita, yang bilang nasi timbel ini bikin mereka kuat. Ya saya terharu lah,” ucapnya, lirih namun penuh rasa syukur.

Dalam dunia yang serba cepat dan sering kali dingin, warung kecil ini menawarkan kehangatan. Bukan hanya dari nasi yang masih mengepul atau sambal yang menyala, tapi juga dari sikap Ceu Uju yang selalu ramah, tulus, dan terbuka untuk siapa saja.

Bagi sebagian orang, bercerai adalah akhir. Tapi bagi pelanggan Ceu Uju, itu justru jadi awal. Awal dari hidup baru yang lebih jujur pada diri sendiri. Dan nasi timbel? Hanya sepiring sederhana, tapi cukup untuk membuat langkah terasa lebih ringan.

Di tengah gedung-gedung pemerintahan yang kaku dan proses hukum yang melelahkan, nasi timbel Ceu Uju berdiri sebagai pengingat: bahwa hidup terus berjalan, dan kadang, bahagia bisa dimulai dari sepiring makan siang dan sambal pedas yang tak kenal kompromi.