Gubernur Jabar Dorong “Ekonomi Tradisi” sebagai Penyeimbang Teknologi dalam Pengendalian Inflasi

KARAWANG, TINTAHIJAU.COM – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menekankan pentingnya sinergi antara teknologi digital dan kearifan lokal dalam mengendalikan inflasi. Konsep ini ia sebut sebagai “ekonomi tradisi”, yang dinilai mampu melengkapi kecanggihan era digital.

Hal tersebut disampaikan Dedi, yang akrab disapa KDM, saat membuka High Level Meeting (Pasamoan Agung) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) se-Jawa Barat di Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karawang.

Menurut KDM, salah satu masalah yang membebani sektor pertanian saat ini adalah tingginya biaya sewa lahan. Ia pun mendorong kepala daerah untuk mulai menata kembali desa-desa sebagai pusat produksi pangan.

“Di bidang pertanian, faktor sewanya mahal. Maka dari itu, saya ingin menata desa-desa di Jawa Barat sebagai pusat produksi pangan,” ujar KDM.

KDM juga mengajak masyarakat untuk memanfaatkan lahan pekarangan dengan menanam komoditas kebutuhan harian seperti cabai dan sayuran. Ia menyebut pola ini sebagai wujud nyata dari ekonomi tradisi.

Tak hanya itu, KDM juga mendorong integrasi teknologi digital, termasuk penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence), untuk mendukung sektor pertanian rumah tangga.

“Jadi negeri ini kaya: punya digital, punya manual, punya ekonomi berbasis teknologi, dan punya ekonomi berbasis tradisi,” ungkapnya.

Lebih lanjut, KDM menjelaskan kerangka tradisi ekonomi di Jawa Barat terbagi dalam dua karakter: hamparan pedesaan dan hamparan perkotaan. Pedesaan, katanya, harus difokuskan sebagai pusat produksi pangan dengan prinsip sederhana ala orang Sunda.

“Hamparan pedesaan itu harus jadi pusat produksi. Orang Sunda prinsip ekonominya sederhana: saeutik mahi, loba nyesa (sedikit cukup, banyak sisa),” katanya.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Muhamad Nur, menyambut baik gagasan tersebut. Ia menyatakan ekonomi tradisional tidak hanya relevan, tetapi juga sarat nilai-nilai luhur yang bisa diadopsi untuk menjaga ketahanan pangan.

“Ekonomi tradisional harus menjadi pegangan kita bersama karena mengandung nilai-nilai luhur yang bisa menjadi pedoman dalam menjaga ketahanan pangan,” ujarnya.

Nur menambahkan bahwa BI Jabar akan terus mendorong peningkatan kapasitas petani melalui dukungan pendidikan. Langkah ini dinilai penting untuk mencetak tenaga kerja pertanian yang terampil dan siap menghadapi tantangan masa depan.

“Peningkatan investasi akan didorong dari sisi pendidikan. Kita ciptakan pendidikan-pendidikan yang melahirkan tenaga siap pakai dan terampil,” pungkasnya.