SUBANG, TINTAHIJAU.COM – Fenomena anak yang dianggap “nakal” menjadi tantangan tersendiri bagi para orang tua dan pendidik, tak terkecuali di wilayah Subang. Dalam Islam, anak adalah amanah yang harus dibina dengan pendekatan penuh hikmah, bukan sekadar dimarahi atau dihukum.
Menurut ajaran Islam, pola asuh terhadap anak yang berperilaku menyimpang sebaiknya dilakukan dengan tiga pendekatan utama: doa, keteladanan, dan kasih sayang yang disertai ketegasan adil.
“Anak tidak lahir langsung menjadi ‘nakal’. Lingkungan, pola asuh, dan komunikasi sangat memengaruhi karakter mereka. Maka penting bagi orang tua untuk introspeksi dan memperbaiki cara mendidik,” ujar Ustadz H. Fadli Rahmat, salah satu tokoh agama di Kecamatan Kalijati.
Islam menekankan pentingnya doa orang tua sebagai senjata spiritual dalam membentuk akhlak anak. Dalam Al-Qur’an, banyak doa yang dianjurkan untuk keturunan agar menjadi penyejuk hati dan bertakwa, seperti yang termuat dalam Surah Al-Furqan ayat 74.
Di sisi lain, Rasulullah SAW mencontohkan metode pendidikan dengan lemah lembut, memahami psikologi anak, serta memberi nasihat dengan penuh cinta. Namun, kelembutan ini tidak menafikan adanya ketegasan ketika anak berbuat salah.
“Ketegasan bukan berarti kekerasan. Tapi konsistensi dalam menegakkan aturan rumah tangga dan memberi sanksi yang mendidik,” tambah Ustadz Fadli.
Beberapa kiat yang dapat diterapkan orang tua di Subang dan sekitarnya dalam mendidik anak nakal antara lain:
✅ Membiasakan anak salat dan mengaji sejak dini
✅ Menghindari ucapan kasar dan label negatif seperti “nakal”
✅ Memberikan waktu untuk mendengarkan curhatan anak
✅ Memberi contoh perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari
✅ Mendoakan anak setiap saat, terutama di waktu mustajab seperti setelah salat