‎Panen Tak Merata, Harga Beras Lokal Majalengka Merangkak Naik

‎‎Majalengka, TINTAHIJAU.COM – Kenaikan harga beras di Kabupaten Majalengka dalam sebulan terakhir mengindikasikan potensi kerawanan pasokan pangan lokal. Data dari Pasar Sindangkasih, Cigasong, menunjukkan harga beras termurah kini mencapai Rp13.500 per kilogram, naik hingga Rp1.000 dari bulan sebelumnya.‎‎

Kondisi ini disinyalir terjadi akibat masa panen petani yang tidak merata di sejumlah wilayah Majalengka. Hal itu diungkapkan oleh Eti, pedagang beras yang sehari-hari menjual beras lokal di Pasar Cigasong.‎‎

“Kenaikan mulai terasa sekitar satu setengah bulan lalu. Ada yang naik Rp500, ada juga yang Rp1.000. Mungkin karena yang panennya belum bareng,” ujarnya, Selasa (8/7/2025).

‎‎Fenomena panen setengah-setengah bukan hanya membuat stok menipis, tapi juga mendorong harga naik secara perlahan.

Meski belum menyentuh angka ekstrem, tren ini menunjukkan adanya tekanan di sektor produksi pangan lokal yang selama ini jadi andalan masyarakat.‎‎

Beras lokal masih mendominasi pasokan, dengan harga bervariasi mulai dari Rp13.500 hingga Rp15.000 per kilogram.

Beras seharga Rp14.000—dikenal masyarakat sebagai beras sayur—menjadi yang paling diminati karena dinilai memiliki kualitas sedang namun harga terjangkau.‎‎ “Yang paling laku yang Rp14.000. Itu beras lokal Majalengka, bukan dari luar,” kata Eti.

‎‎Sementara itu, beras dari luar daerah—umumnya dikemas lima kilogram—dijual dengan harga lebih tinggi, yakni sekitar Rp16.000/kg atau Rp80.000 per kemasan.‎‎ Meskipun kenaikan harga belum memicu keluhan berarti dari pembeli, situasi ini perlu diwaspadai.

Tanpa intervensi distribusi yang baik dan dukungan terhadap sistem irigasi petani, harga bisa terus naik dan memperburuk daya beli masyarakat berpenghasilan rendah.‎‎

Eti sendiri menyebut kenaikan harga saat ini masih bisa ditoleransi dan justru menjadi kabar baik bagi petani.

Namun, ia tak menampik bahwa faktor produksi, terutama ketersediaan air dan ongkos tani, kini jadi beban yang makin berat.

‎‎“Kalau harga murah terus, petani yang rugi. Sekarang air susah, harus pompa, keluar biaya. Naik sedikit ya enggak apa-apa lah,” pungkasnya.