BANDUNG, TINTAHIJAU.com — Bandung kembali menjadi sorotan nasional sebagai kota dengan tingkat kemacetan tertinggi di Indonesia. Laporan terbaru TomTom Traffic Index 2024 menyebutkan, tingkat kemacetan di Kota Kembang ini mencapai 48 persen, mengalahkan Jakarta dan Surabaya. Artinya, hampir separuh waktu perjalanan warga Bandung habis di jalanan akibat macet.
Pengalaman pada Jumat pagi, 11 Juli 2025, menjadi gambaran nyata kondisi tersebut. Sekitar pukul 09.30 WIB, perjalanan dari simpang Jalan Nurtanio menuju Jalan Abdul Rahman Saleh tampak menjanjikan di awal. Lalu lintas lengang, kendaraan melaju stabil dengan kecepatan sekitar 30–35 km/jam, meski melintasi area konstruksi flyover Nurtanio yang masih belum rampung.
Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Sekitar 600 meter sebelum perlintasan kereta api, arus kendaraan mulai tersendat. Penyempitan jalan akibat proyek flyover memperparah keadaan. Para pengendara sepeda motor bahkan mulai naik ke trotoar dan ada yang memilih berbalik arah untuk mencari jalur alternatif.
Situasi kian rumit saat sirene perlintasan berbunyi. Dua kereta api melintas berturut-turut, memaksa penutupan jalan selama lebih dari tiga menit. Dalam waktu singkat, antrean kendaraan menumpuk dan begitu palang kereta terbuka, terjadi kekacauan kecil. Arus kendaraan dari dua sisi bertemu di titik sempit yang sama, menyebabkan laju kendaraan lumpuh sejenak.
Perjalanan sejauh 1,6 kilometer yang seharusnya bisa ditempuh dalam waktu 3–4 menit, justru memakan waktu 8 menit 15 detik. Setelah melewati titik kemacetan dan memasuki Jalan Abdul Rahman Saleh, lalu lintas kembali normal dengan kecepatan 35–40 km/jam. Namun, keruwetan yang baru saja dilalui meninggalkan potret nyata buruknya tata kelola lalu lintas di Bandung.
Salah satu pengendara, Eka Putra (31), yang melintasi jalur tersebut hampir setiap hari, mengaku kondisi hari itu masih tergolong ringan. “Biasanya lebih macet, ini mah mending. Sekarang kan lagi libur sekolah jadi mending segini macetnya,” ujarnya.
Eka juga menyoroti pembangunan flyover Nurtanio yang tak kunjung selesai sebagai penyebab utama kemacetan makin parah. “Nggak selesai-selesai, padahal udah lama. Jadi makin parah macet di sini. Harapannya mah semoga cepat selesai aja,” tambahnya.
Kemacetan di Bandung bukan sekadar akibat tingginya volume kendaraan, tetapi juga disebabkan oleh proyek infrastruktur yang berjalan lamban serta kondisi jalan yang sempit. Jika tidak segera diatasi, maka gelar “kota termacet” ini akan terus melekat dan membebani mobilitas warga setiap harinya.





