JAKARTA, TINTAHIJAU.com — Olahraga lari dikenal luas sebagai aktivitas fisik yang menyehatkan dan mudah dilakukan. Namun, tak sedikit kabar duka datang dari para pelari yang meninggal mendadak saat berlari, bahkan saat tengah mengikuti ajang olahraga resmi. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apa penyebabnya?
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Makhyan Jibril Al Farabi, Sp.JP, menjelaskan bahwa kondisi tersebut bisa terjadi pada siapa saja, termasuk orang yang terlihat sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya.
“Kasus seperti ini bisa menimpa orang yang kelihatannya sehat. Bisa jadi, ada gangguan irama jantung berat yang muncul tiba-tiba saat aktivitas fisik,” ujar dr. Jibril dalam siaran langsung Siaran Sehat di Instagram resmi Kementerian Kesehatan RI, sebagaimana dilansir dari Kompas.com.
Tidak Hanya Terjadi pada Lansia
Lebih lanjut, dr. Jibril menekankan bahwa serangan jantung mendadak tidak hanya mengintai kalangan lanjut usia. Anak muda pun berisiko mengalami henti jantung mendadak, terutama bila memiliki kelainan jantung bawaan atau gangguan genetik yang tidak terdeteksi sejak dini.
“Kematian mendadak bisa saja terjadi pada usia muda apabila ada kelainan otot jantung seperti hipertrofi, kelainan struktur jantung, atau kelainan genetik lainnya,” jelasnya.
Ia juga meluruskan anggapan yang keliru di masyarakat bahwa semua serangan jantung disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah. Menurutnya, salah satu penyebab utama henti jantung mendadak justru berasal dari gangguan irama jantung.
“Kadang orang pikir semua serangan jantung karena sumbatan. Padahal, bisa juga karena kelainan irama jantung seperti fibrilasi ventrikel, yang dapat menyebabkan jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba,” terang dr. Jibril.
Periksa Jantung Sebelum Lari Jarak Jauh
Untuk menekan risiko fatal saat berolahraga, dr. Jibril menyarankan agar masyarakat melakukan pemeriksaan jantung, khususnya sebelum melakukan aktivitas berat seperti lari jarak jauh.
“Penting untuk melakukan pemeriksaan jantung, misalnya melalui EKG atau echocardiography. Apalagi jika ada riwayat keluarga yang pernah meninggal mendadak atau memiliki gejala seperti nyeri dada, sesak napas, dan jantung berdebar,” katanya.
Meskipun tidak semua orang diwajibkan menjalani pemeriksaan menyeluruh, mereka yang memiliki faktor risiko atau riwayat keluarga sangat dianjurkan untuk lebih waspada.
“Olahraga memang menyehatkan, tapi tubuh kita juga punya batas. Dengarkan sinyal tubuh kita,” pungkas dr. Jibril.