‎Lewat Sentuhan Humanis, Satlantas Majalengka Bangun Budaya Tertib Lalu Lintas‎‎

Majalengka, TINTAHIJAU.com – Bukan hanya sekadar menindak pelanggar, Satlantas Polres Majalengka menjadikan Operasi Patuh Lodaya 2025 sebagai ruang edukasi publik untuk menanamkan budaya tertib berlalu lintas yang berkelanjutan.

Pendekatan ini menjadi wajah baru dari operasi lalu lintas tahunan yang kini lebih menekankan sentuhan humanis dan kepedulian sosial.‎‎

Hingga hari ke-10 pelaksanaan, Kamis (24/7/2025), tercatat 3.901 teguran diberikan kepada pengguna jalan yang melanggar aturan, sementara 80 pelanggaran ditindak melalui sistem ETLE Mobile. Namun di balik angka-angka tersebut, ada semangat besar untuk mengubah perilaku.‎‎

“Operasi ini bukan semata-mata tentang berapa banyak yang ditilang. Kami ingin mengajak masyarakat menyadari bahwa keselamatan di jalan adalah bentuk tanggung jawab sosial,” ujar Kasat Lantas Polres Majalengka, AKP Rudy Sudaryono.‎‎

Edukasi sebagai Kunci Perubahan‎‎

Mengusung tema “Tertib Berlalu Lintas Demi Terwujudnya Indonesia Emas”, Operasi Patuh Lodaya 2025 di Majalengka banyak diwarnai dengan kegiatan non-penegakan hukum.

Satlantas aktif menyapa warga lewat program Polantas Menyapa, menggelar penyuluhan di sekolah-sekolah, serta menyampaikan pesan-pesan keselamatan lewat media sosial.‎‎

Langkah ini membuktikan bahwa membangun kesadaran lebih efektif jika dilakukan dengan pendekatan yang dekat dan manusiawi.

‎‎“Kami hadir tidak untuk menakut-nakuti, tapi untuk mendampingi masyarakat menjadi pengguna jalan yang lebih bertanggung jawab,” imbuh AKP Rudy.‎‎

Dari Jalan Raya ke Ruang Keluarga‎‎

Satlantas juga mengajak masyarakat untuk menjadikan tertib lalu lintas sebagai nilai keluarga, bukan sekadar kepatuhan sesaat.

‎‎“Ketika seseorang tertib di jalan, itu bukan hanya melindungi dirinya, tapi juga menyelamatkan orang-orang yang ia cintai di rumah. Ini soal membentuk budaya, bukan sekadar mematuhi aturan,” tegasnya.‎‎

Menuju Lalu Lintas yang Lebih Ramah dan Aman‎‎

Operasi Patuh Lodaya 2025 masih akan berlangsung hingga 27 Juli. Selama masa operasi, pihak kepolisian terus mengimbau masyarakat untuk menjadikan ketertiban sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

‎‎“Kami tidak ingin budaya tertib hanya hadir saat ada operasi. Yang kami perjuangkan adalah kesadaran kolektif agar jalan raya menjadi ruang yang aman, nyaman, dan saling menghargai,” tandasnya.‎