JAKARTA, TINTAHIJAU.com — Sebuah laporan terbaru dari Philips bertajuk Future Health Index 2025 menyoroti besarnya harapan terhadap penerapan kecerdasan buatan (AI) dalam sistem layanan kesehatan Indonesia. Meski demikian, laporan ini juga menekankan bahwa kepercayaan publik dan desain sistem yang bijak merupakan elemen krusial untuk memastikan keberhasilan implementasi teknologi tersebut.
Laporan tahunan yang memasuki tahun ke-10 ini merupakan survei terbesar di bidangnya dan mencakup 16 negara, termasuk Indonesia, dengan melibatkan para profesional kesehatan dan pasien. Di tengah percepatan transformasi digital di sektor kesehatan, Indonesia menempati posisi sebagai salah satu negara yang paling optimis terhadap peran AI dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan.
“AI memiliki potensi luar biasa untuk meningkatkan akses layanan, mempersingkat waktu tunggu, dan meringankan beban tenaga medis,” ujar Astri Ramayanti Dharmawan, Presiden Direktur Philips Indonesia. “Namun, untuk mewujudkan potensi tersebut, kita harus merancang dengan empati, membangun kepercayaan, dan memastikan implementasi yang bertanggung jawab demi memenuhi kebutuhan pasien dan tenaga kesehatan.”
Tantangan Sistem Kesehatan Indonesia
Optimisme terhadap AI hadir di tengah berbagai tekanan yang dihadapi sistem kesehatan nasional. Keterbatasan jumlah dokter spesialis menjadi salah satu isu utama. Indonesia hanya menghasilkan sekitar 2.700 dokter spesialis baru per tahun, jauh dari jumlah yang dibutuhkan secara nasional. Dalam konteks inilah, AI dinilai dapat menjadi solusi untuk menjembatani kesenjangan antara permintaan dan kapasitas layanan kesehatan.
Namun demikian, laporan FHI 2025 menegaskan bahwa keberhasilan teknologi AI tidak hanya bergantung pada kemampuannya dalam menyederhanakan proses medis atau mengolah data pasien. Faktor non-teknis seperti transparansi algoritma, pelibatan pasien dan tenaga medis dalam perancangan sistem, serta perlindungan data juga dinilai sangat penting.
Membangun Kepercayaan Lewat Transparansi dan Edukasi
Salah satu temuan penting dari laporan ini adalah perlunya peningkatan edukasi dan literasi digital, baik di kalangan tenaga medis maupun pasien. Tanpa pemahaman yang memadai, penggunaan AI dikhawatirkan justru menimbulkan keraguan dan resistensi.
Philips menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan sektor swasta untuk memastikan bahwa pemanfaatan teknologi dalam sektor kesehatan dilakukan secara inklusif, adil, dan bertanggung jawab.
Dengan membangun ekosistem kepercayaan dan merancang solusi yang berpusat pada manusia, Indonesia diyakini dapat menjadi salah satu pemimpin dalam penerapan AI di bidang kesehatan di kawasan Asia Pasifik.