Ragam

Mengungkap Arah Gedung Sate yang Menghadap ke Gunung Tangkuban Perahu

×

Mengungkap Arah Gedung Sate yang Menghadap ke Gunung Tangkuban Perahu

Sebarkan artikel ini
Gedung Sate | Foto: Wikipedia

BANDUNG, TINTAHIJAU.com – Jika Anda berdiri tepat di depan Gedung Sate, memandang ke utara, mata akan langsung tertumbuk pada siluet megah Gunung Tangkuban Parahu. Garis lurus yang menghubungkan keduanya bukanlah kebetulan, melainkan hasil perhitungan yang sarat filosofi, memadukan unsur spiritual, estetika, dan strategi arsitektur.

Pembangunan Gedung Sate dimulai pada 1920, ketika Bandung masih didominasi lahan kosong. Pemerintah Hindia Belanda memutuskan membangun pusat pemerintahan di lokasi yang kini menjadi jantung Jawa Barat, dengan orientasi bangunan tegak lurus ke arah gunung api yang masih aktif.

Menurut Edukator Museum Gedung Sate, Wenno Guna Utama, ada dua alasan utama di balik keputusan ini. Pertama, kepercayaan feng shui: gunung api diyakini membawa hoki bagi perekonomian dan stabilitas pemerintahan. Kedua, alasan estetika: Gunung Tangkuban Parahu dipandang sebagai lanskap ikonik yang mempertegas kemegahan bangunan.

Arsitek J. Gerber disebut terinspirasi oleh kota-kota di Eropa, di mana bangunan penting kerap diarahkan menghadap pegunungan atau danau. Arah simetris ini menciptakan harmoni visual yang sekaligus mengangkat citra Gouvernement Bedrijven, nama Gedung Sate di masa kolonial.

Namun, orientasi bukan satu-satunya pertimbangan. Lokasi yang dekat dengan gunung berapi membuat struktur Gedung Sate dirancang tebal, kokoh, dan tahan gempa. Terbukti, dari 1920 hingga kini, fisiknya nyaris tak berubah. Ada pula aturan ketat: tak boleh ada bangunan yang lebih tinggi di sekitarnya, demi menjaga pandangan bebas dari menara utama.

Menariknya, ruang di puncak menara dulu menjadi tempat pejabat merenung, menatap keindahan Bandung, dan merumuskan ide-ide pembangunan. Dari sanalah, mungkin, lahir gagasan besar yang menjadikan Bandung kota modern pada masanya—mulai dari sistem transportasi trem hingga tata kota yang visioner.

Gedung Sate tak sekadar bangunan pemerintahan. Ia adalah poros sejarah dan simbol keterhubungan manusia dengan alam, di mana garis lurus ke Gunung Tangkuban Parahu menjadi penanda hubungan harmonis antara fungsi, estetika, dan filosofi yang abadi.