JAKARTA, TINTAHIJAU.com — Seni pertunjukan wayang kulit kembali menjadi sorotan setelah Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) menutup rangkaian Gema Pelindungan Budaya Nusantara (Gempita) 2025 dengan pagelaran semalam suntuk di Jakarta, Minggu (17/8/2025). Dalang Ki Bagong Darmono membawakan lakon Bima Kridha, menghadirkan suasana magis yang mengingatkan publik pada kekayaan budaya asli Indonesia.
Menteri Kebudayaan (Menbud), Fadli Zon, menegaskan bahwa wayang bukan sekadar seni pertunjukan, melainkan identitas bangsa yang sarat nilai moral dan spiritual.
“Wayang adalah warisan budaya takbenda Indonesia. Melalui seni wayang, kita diajak merenungi nilai kehidupan sekaligus menjaga jati diri bangsa,” ujarnya, Senin (18/8/2025).
Fadli juga mengapresiasi semakin banyaknya generasi muda yang mencintai wayang. Menurutnya, tren ini menjadi harapan besar bagi keberlanjutan salah satu mahakarya budaya dunia yang telah diakui UNESCO sejak 2003 tersebut.
“Dulu wayang hanya dianggap hiburan orang tua. Kini, anak muda semakin tertarik. Ini pertanda baik bagi ekosistem perwayangan Indonesia,” katanya.
Sejalan dengan itu, Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan, Restu Gunawan, menekankan pentingnya pelestarian budaya asli Nusantara melalui kolaborasi antara pemerintah dan komunitas.
“Pagelaran budaya bukan hanya perayaan, tetapi bagian dari upaya melindungi dan mengembangkan kebudayaan. Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri tanpa dukungan komunitas,” jelasnya.
Wayang, dengan segala filosofi dan nilai luhur yang terkandung di dalamnya, menjadi bukti nyata kekayaan budaya Indonesia yang tak ternilai. Kemenbud berkomitmen memperkuat pelestarian wayang sekaligus membuka ruang apresiasi bagi seniman dan masyarakat untuk terus menjaga warisan leluhur ini.
“Pelestarian wayang kulit adalah tanggung jawab bersama. Mari kita dukung agar seni tradisi Indonesia tetap hidup, dicintai lintas generasi, dan tidak tergeser oleh arus budaya global,” tutup Menbud Fadli Zon.

 
							




