Ragam  

Tata Cara Shalat Gerhana Bulan, Saatnya Sujud Bersama Alam Semesta

JAKARTA, TINTAHIJAU.com — Langit malam pada Minggu hingga Senin, 7–8 September 2025, akan menyuguhkan peristiwa langka: gerhana bulan total. Fenomena ini bertepatan dengan 14 Rabiul Awal 1447 Hijriah, dan bagi umat Islam, bukan sekadar tontonan astronomi, melainkan momentum untuk beribadah.

Dalam tradisi Islam, gerhana bulan disambut dengan shalat khusuf atau shalat gerhana. Peristiwa alam ini telah lama menjadi pengingat akan kebesaran Allah, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِىَ

“Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Kedua gerhana tersebut tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat keduanya, berdoalah pada Allah, lalu shalatlah hingga gerhana tersebut berakhir.” (HR. Bukhari no. 1060, Muslim no. 904)

Jadwal Gerhana: Dari Fase Awal hingga Akhir

Berdasarkan data astronomi Kementerian Agama, rangkaian gerhana bulan total akan berlangsung sebagai berikut:

  • Fase awal sebagian: Minggu malam pukul 23.27 WIB (00.27 WITA, 01.27 WIT).
  • Fase total mulai: 00.31 WIB (01.31 WITA, 02.31 WIT).
  • Puncak gerhana: 01.11 WIB (02.11 WITA, 03.11 WIT).
  • Fase akhir total: 01.52 WIB (02.52 WITA, 03.52 WIT).
  • Gerhana berakhir: 02.56 WIB (03.56 WITA, 04.56 WIT).

Sejak awal kemunculan gerhana, umat Islam dianjurkan untuk langsung menunaikan shalat. Bahkan, meskipun bertepatan dengan waktu yang umumnya terlarang untuk shalat, ibadah ini tetap disyariatkan. Sebagaimana ditegaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ

“Jika kalian melihat kedua gerhana matahari dan bulan, bersegeralah menunaikan shalat.” (HR. Bukhari no. 1047).

Bagaimana Tata Cara Shalat Gerhana?

Shalat khusuf berbeda dengan shalat sunnah biasa. Ia dikerjakan dua rakaat, namun dalam setiap rakaat terdapat dua kali ruku. Hal ini berdasarkan riwayat dari Aisyah radhiyallahu ‘anha:

أَنَّ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى يَوْمَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ فَقَامَ فَكَبَّرَ فَقَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيْلَةً ثُمَّ رَكَعَ رُكُوْعًا طَوِيْلاً ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ :سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ،وَقَامَ كَمَا هُوَ، ثُمَّ قَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيْلَةً وَهِيَ أَدْنَى مِنَ القِرَاءَةِ الأُوْلَى ثُمَّ رَكَعَ رُكُوْعًا طَوِيْلاً وَهِيَ أَدْنَى مِنَ الرَّكْعْةِ الأُوْلَى ثُمَّ سَجَدَ سُجُوْداً طَوِيْلاً ثُمَّ فَعَلَ فِى الرَّكْعَةِ الآخِرَةِ مِثْلَ ذَلِكَ،ثُمَّ سَلَّمَ

Ringkasan tata caranya adalah:

  1. Bertakbir, membaca doa iftitah, ta’awudz, lalu membaca Al-Fatihah dan surat panjang (seperti Al-Baqarah).
  2. Ruku panjang.
  3. I’tidal dengan membaca: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
  4. Membaca Al-Fatihah lagi, dilanjut surat yang lebih pendek.
  5. Ruku panjang, namun lebih singkat dari ruku pertama.
  6. I’tidal kembali, lalu sujud panjang.
  7. Rakaat kedua dilakukan dengan pola yang sama.

Momentum Spiritual dan Kebersamaan

Bagi Abu Rokhmad, peristiwa ini bukan hanya soal fenomena alam, melainkan juga ruang untuk refleksi spiritual.
“Umat Islam dapat mengambil hikmah sekaligus memperkuat ukhuwah dengan melaksanakan ibadah berjemaah, khususnya Salat Khusuf di masjid atau musala terdekat,” ujarnya di Jakarta, Kamis (4/9/2025).

Ia pun mengingatkan agar momentum ini dijadikan sarana memperbanyak zikir, istighfar, dan doa bersama untuk keselamatan bangsa.

Gerhana bulan total yang akan datang adalah undangan dari langit. Bagi yang peka, ia adalah panggilan untuk mendekat, merendahkan diri, dan mengingat kembali bahwa seluruh alam semesta tunduk pada Sang Pencipta.