JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi sorotan. Hingga pertengahan September 2025, ribuan siswa di berbagai daerah dilaporkan mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan dalam program tersebut.
Kepala Staf Presiden (KSP) M Qodari mengungkapkan, data Kementerian Kesehatan mencatat 60 kasus dengan 5.207 penderita, sementara laporan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menunjukkan 55 kasus dengan 5.320 korban.
“Puncak kejadian tertinggi terjadi pada Agustus 2025, dengan sebaran terbanyak di wilayah Jawa Barat,” ujar Qodari di Istana, Senin (22/9/2025).
Gejala dan Pertolongan Pertama
Keracunan makanan dapat muncul hanya dalam hitungan jam setelah seseorang mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Gejalanya meliputi mual, muntah, pusing, diare, sakit perut, hingga tubuh terasa lemas.
Pusat Krisis Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk mengenali gejala sejak dini dan melakukan langkah pertolongan pertama. Beberapa di antaranya:
- Mengenali gejala awal seperti mual, muntah, pusing, atau badan terasa dingin.
- Memberikan cairan untuk mencegah dehidrasi, misalnya air mineral atau air kelapa muda.
- Membiarkan tubuh mengeluarkan isi lambung bila muntah terjadi secara alami.
- Memberikan istirahat cukup dan menghentikan konsumsi makanan atau minuman lain sementara waktu.
- Segera mencari pertolongan medis bila gejala semakin parah, seperti muntah darah, tubuh menguning, atau tidak bisa buang air kecil.
- Mengonsumsi bahan alami seperti teh hangat, air jahe, jus lidah buaya, atau yogurt untuk membantu meredakan sakit perut dan mual.
Meski demikian, pemerintah menegaskan bahwa pertolongan medis harus menjadi prioritas utama jika kondisi korban tidak kunjung membaik.
Investigasi dan Langkah Lanjut
Maraknya kasus keracunan ini mendorong Badan Gizi Nasional (BGN) membentuk tim investigasi guna menelusuri lebih jauh penyebabnya. Pemeriksaan meliputi menu, kualitas bahan, hingga standar kebersihan dapur penyedia makanan.
Pemerintah berharap kejadian ini menjadi peringatan bagi seluruh pihak agar lebih ketat dalam menjaga keamanan pangan, terutama dalam program berskala nasional seperti MBG.






