INDRAMAYU, TINTAHIJAU.com – Kasus dugaan bullying yang dialami seorang siswa kelas IV SD Negeri di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, viral di media sosial. Bocah berusia sepuluh tahun asal Kecamatan Indramayu itu dikabarkan mengalami memar, demam tinggi, dan sempat enggan berangkat ke sekolah.
Kepada orang tuanya, sang anak mengaku menjadi korban perundungan teman sekelasnya. Hal tersebut memicu kehebohan di dunia maya setelah kabar dugaan kekerasan fisik menyebar luas.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Indramayu, Caridin, langsung turun tangan. Ia mendatangi rumah korban untuk memastikan kondisi anak serta memberikan penguatan kepada keluarga.
“Anak ini ada ketakutan. Kalau bahasa anaknya di-bully ya. Jadi kami semangati dan menguatkan anak agar jangan khawatir dan tetap semangat belajar. Bapak ibu guru di sekolah pasti akan melakukan pendampingan,” ujar Caridin, Kamis (25/9/2025).
Namun, dari hasil penelusuran, Caridin membantah adanya tindak kekerasan fisik sebagaimana ramai diberitakan. Menurutnya, memar yang dialami siswa tersebut terjadi akibat terbentur meja saat sedang bermain dengan teman-temannya.
“Kalau pemukulan atau apa itu tidak ada. Saat bermain, anak ini terdorong hingga terbentur meja,” tegasnya.
Caridin menyampaikan bahwa orang tua korban dapat menerima penjelasan tersebut. Meski demikian, ia menyayangkan pihak sekolah yang dinilai kurang cepat memberikan klarifikasi. Hal itu membuat isu semakin melebar hingga menimbulkan asumsi liar di masyarakat.
Disdikbud Indramayu menegaskan akan memperketat pengawasan di seluruh sekolah, terutama saat jam istirahat. Guru diminta tidak melepas begitu saja anak-anak tanpa pengawasan.
“Saat jam istirahat, anak tidak boleh dilepas begitu saja. Guru harus memberikan pengawasan, terutama bagi anak-anak yang punya kepribadian agresif agar mendapat perhatian khusus,” pungkas Caridin.






