SUBANG, TINTAHIJAU.COM- Di bawah rindang pepohonan dan suasana pedesaan yang tenang di Desa Sidajaya, Kecamatan Cipunagara, suara deru mesin jahit terdengar ritmis.
Di tempat terbuka sederhana yang disebut Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Bakondes Lembur Cigarukgak, puluhan peserta tampak khusyuk belajar menjahit — dari membuat pola hingga menguasai teknik obras dan overdeck.
LPK ini berada di samping rumah Ketua Forum BUMDes Subang, Urip Soeprianto, yang sekaligus menjadi penggagasnya. Dengan konsep outdoor yang santai namun terarah, pelatihan ini menjadi ruang tumbuh bagi para pencari kerja, khususnya warga Subang dan Indramayu.
“Yang ikut pelatihan di sini kan dapat ilmu gratis, nanti bisa langsung disalurkan ke perusahaan,” kata Samsi, pelatih yang sabar membimbing para peserta. Ia menjelaskan, pelatihan menjahit dilakukan secara intensif dengan tiga jenis mesin, agar peserta mengenal dasar-dasar keterampilan industri garmen.
Sejak berdiri 13 bulan lalu, LPK di bawah naungan Forum BUMDes Subang ini telah melahirkan sekitar 350 tenaga terampil di bidang menjahit. Sebagian besar lulusan kini bekerja di perusahaan besar seperti PT Mentari Gemilang Merapi dan PT Kwanglim YH Indah di Pagaden, Subang, dan
“Yang penting mereka punya dasar dulu, sudah lancar. Mau disalurkan atau mandiri, silakan. Yang penting siap kerja,” ujar Samsi sambil tersenyum.
Setiap bulan, LPK ini menerima 30 hingga 60 peserta baru. Antusiasme warga begitu tinggi, hingga terkadang pelatihan harus dibagi menjadi dua sampai tiga gelombang dalam sebulan.
Salah satu peserta, Zella, warga setempat, mengaku bangga bisa ikut pelatihan.
“Saya baru sebulan ikut, tadinya bantu orang tua jualan. Sekarang sudah bisa menjahit dan ngerti bikin pola. Senang banget, apalagi gratis dan nanti bisa langsung kerja,” ujarnya.
Bagi Urip Soeprianto, pendirian LPK ini bukan semata program, tapi bentuk kepeduliannya terhadap masa depan warga Subang.
“Kegiatan ini bagian dari komitmen kami untuk mengurangi angka pengangguran. Saat ini baru bisa menyalurkan ke PT Kwanglim, tapi ke depan kami berharap perusahaan lain di Subang bisa ikut berkolaborasi,” ujarnya.
Menurut Urip, pola pelatihan berbasis kebutuhan industri ini penting agar masyarakat tidak terjebak pada pungutan atau biaya pelatihan yang memberatkan.
“Dengan pola seperti ini, kami bisa pastikan calon pekerja masuk industri benar-benar gratis tanpa pungutan. Itu penting agar tidak ada yang merasa terbebani,” tegasnya.
Ke depan, Forum BUMDes Subang juga tengah menyiapkan program pelatihan bahasa Inggris dasar, agar para peserta memiliki kompetensi tambahan dan siap bersaing di dunia kerja yang lebih luas.
Dari lembur kecil di Sidajaya, langkah-langkah menuju kemandirian terus dijahit dengan kesungguhan dan harapan, benang demi benang yang merangkai masa depan warga Subang lebih berdaya.