SUBANG, TINTAHIJAU.COM – Pemerintah Kabupaten Subang terus memperkuat langkah menuju industrialisasi nanas sebagai komoditas unggulan daerah.
Tak hanya di tingkat budidaya, kini arah kebijakan difokuskan pada hilirisasi dan konsep industri zero waste yang mengoptimalkan seluruh potensi nanas — dari buah, kulit, hingga daunnya.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Perencanaan, Riset, dan Inovasi Daerah (BAPERINDA) Kabupaten Subang, Iwan Syahrul Anwar, dalam kegiatan Workshop Modernisasi Pengolahan Nanas Lokal yang digelar Politeknik Negeri Subang (Polsub) di Ballroom Sawala Ageung, Laska Hotel Subang, Kamis (9/10/2025).
Workshop ini merupakan bagian dari Program Revitalisasi Perguruan Tinggi Negeri Vokasi (PRPTNV) Tahun 2025, sebagai bentuk sinergi antara pemerintah daerah, perguruan tinggi, industri, dan UMKM dalam memperkuat daya saing produk olahan nanas lokal.
“Subang tidak cukup hanya menjadi penghasil buah segar. Kita ingin nanas menjadi produk unggulan yang bernilai tambah, membuka lapangan kerja baru, dan mendukung ekonomi masyarakat secara berkelanjutan,” tegas Iwan.
Dengan produksi mencapai 167.413 ton pada tahun 2023, Subang menyumbang lebih dari 52 persen produksi nanas Jawa Barat — jauh di atas Bogor (43.275 ton) dan Sukabumi (28.111 ton). Capaian ini menjadikan Subang sebagai sentra utama nanas di provinsi Jawa Barat.
Namun, kata Iwan, potensi besar itu harus diimbangi dengan pengembangan sektor pengolahan agar nilai ekonomi nanas meningkat. Pemerintah daerah kini menyiapkan konsep pengembangan terintegrasi dari hulu hingga hilir, meliputi:
- Perbaikan Budidaya. Varietas unggul seperti Smooth Cayenne digunakan dengan sistem pemupukan berimbang dan pengendalian hama terpadu.
- Pembentukan Klaster dan Kemitraan. Penguatan kelembagaan petani dalam bentuk koperasi kawasan di Jalancagak, Cijambe, dan Kasomalang, dengan target produktivitas 45–50 ton per hektare.
- Hilirisasi dan Pengolahan. Pembangunan unit pengolahan produk makanan (dodol, sirup, cokelat nanas), minuman (jus, cuka nanas), hingga pemanfaatan daun nanas untuk serat dan kain ramah lingkungan.
- Branding dan Packaging. Penguatan citra produk melalui sertifikasi BPOM, Halal, dan HACCP, serta promosi wisata agro bertema “Nanas Subang”.
Iwan menjelaskan, arah pengembangan nanas Subang mengusung prinsip Zero Waste Industry, di mana seluruh bagian tanaman dimanfaatkan tanpa sisa.
Kulit dan daun nanas diolah menjadi pupuk organik, sementara limbah cair diubah menjadi kompos cair atau pakan ternak.
“Kami ingin memastikan seluruh rantai nilai nanas dari hulu sampai hilir efisien dan ramah lingkungan. Targetnya, nanas Subang bukan hanya dikenal karena rasanya, tapi juga karena sistem produksinya yang berkelanjutan,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Politeknik Negeri Subang menegaskan komitmennya untuk mendukung visi Pemkab Subang melalui inovasi dan riset terapan.
Workshop ini menghadirkan narasumber dari berbagai sektor, di antaranya Iwan Syahrul Anwar (BAPERINDA Subang), Ade Patas (UMKM Alam Sari), dan Tia Maulana, S.T. (PT Agritama Sinergi Inovasi).
Kegiatan juga dihadiri oleh 10 perangkat daerah, 10 UMKM, 6 sekolah vokasi, 2 industri, serta dosen dan tenaga kependidikan Polsub.
“Harapannya, sinergi ini menjadi ekosistem inovasi yang mendorong terciptanya produk-produk olahan nanas khas Subang dengan nilai ekonomi tinggi dan daya saing nasional,” kata Laras Sirly Safitri, Ketua Panitia dari Polsub.
Melalui kolaborasi lintas sektor ini, Pemkab Subang menegaskan langkah nyata menuju industri nanas zero waste, sementara Politeknik Negeri Subang menjadi motor penggerak inovasi dan transfer teknologi di daerah.
Subang bukan hanya penghasil nanas terbanyak, tapi juga pionir dalam menjadikan nanas sebagai ikon ekonomi berkelanjutan berbasis kearifan lokal.