SUBANG, TINTAHIJAU.COM – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, dr. Maxi, mengingatkan pentingnya kehati-hatian dalam penyajian Makanan Berbasis Gizi (MBG) agar tidak menimbulkan kasus keracunan seperti yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
Menurutnya, ada tiga hal utama yang harus diperhatikan oleh penyedia MBG, khususnya Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG).
“Pertama, pengawasan dalam pengadaan bahan baku. Pihak SPPG harus benar-benar memastikan kualitas dan mutu bahan yang digunakan. Kalau ditemukan bahan yang tidak segar atau tidak sehat, harus berani menolak,” ujar dr. Maxi.
Kedua, lanjutnya, proses produksi harus dilakukan secara higienis dan menggunakan sumber air bersih. Ia menekankan pentingnya menjaga kebersihan selama proses pengolahan, termasuk dalam penggunaan bahan tambahan seperti penyedap rasa, pengawet, atau pewarna.
“Kalau berlebihan, justru bisa menimbulkan reaksi berbahaya bagi tubuh,” tegasnya.
Sementara poin ketiga, durasi konsumsi makanan maksimal empat jam setelah matang. “Lebih dari itu akan terjadi perubahan mutu pada makanan yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan,” jelas dr. Maxi.
Peringatan ini disampaikan menyusul maraknya kasus keracunan MBG di sejumlah daerah di Indonesia.
Di Cianjur, misalnya, sebanyak 78 siswa MAN 1 dan SMP PGRI 1 mengalami keracunan setelah menyantap menu MBG, hingga ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Dinas Kesehatan setempat.
Kasus serupa juga terjadi di Garut, menimpa 194 pelajar di Kecamatan Kadungora. Bahkan di Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, lebih dari 250 siswa terdampak dengan gejala mual dan muntah, serta 39 siswa di Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, juga dilaporkan keracunan setelah menyantap MBG.
Secara nasional, Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat lebih dari 6.400 kasus keracunan MBG sepanjang Januari hingga September 2025, dengan sebaran terbanyak di Pulau Jawa.
Melihat kondisi tersebut, dr. Maxi menegaskan agar setiap pihak yang terlibat dalam penyediaan MBG di Subang mematuhi standar keamanan pangan dan higienitas.
“Kalau tiga hal itu dijaga, bahan baku, proses produksi, dan waktu konsumsi, insyaallah kasus serupa bisa kita cegah di Subang,” pungkasnya.