SOLO, TINTAHIJAU.com – Tiket menuju Piala Dunia Sepak Bola Celebral Palsy (IFCPF World Cup) 2026 di Amerika Serikat telah digenggam. Namun perjalanan Tim Nasional (Timnas) Sepak Bola Cerebral Palsy (CP) Indonesia belum berakhir. Tantangan terbesar menanti, yakni menghadapi raksasa Asia sekaligus juara dunia bertahan, Iran, pada final IFCPF Asia Oceania Cup 2025.
Laga puncak akan digelar di Stadion Sriwedari, Solo, Sabtu (22/11/2025) pukul 18.30 WIB. Pertandingan ini bukan sekadar perebutan gelar juara, tetapi juga ujian mental, disiplin, serta kecerdasan taktik Indonesia dalam menghadapai lawan yang jauh lebih unggul di atas kertas.
Iran Datang dengan Rekor Menakutkan
Iran tiba di Solo membawa status mentereng sebagai Juara IFCPF World Cup 2024. Perjalanan mereka di turnamen ini juga memperlihatkan superioritas yang sulit dipatahkan: menaklukkan Malaysia 6-1, Korea Selatan 7-0, Thailand 3-1, dan menghancurkan Australia 4-0 di semifinal.
Kekuatan Iran pun diakui oleh Pelatih Timnas CP Indonesia, Yanuar Dhuma Ardhiyanto. “Iran memiliki penguasaan bola yang sangat kuat dan secara teknik sudah teruji matang di ratusan pertandingan. Jika kami meladeni permainan terbuka, itu akan jadi bunuh diri,” ujarnya dalam siaran pers NPC Indonesia, Jumat (21/11).
Tiga Strategi dan Marking Khusus
Meski demikian, Yanuar menegaskan Indonesia tidak datang menyerah sebelum bertanding. Tim pelatih telah menyiapkan skema taktik yang berbeda dari pola permainan sebelumnya, termasuk tiga rencana yang akan diterapkan secara adaptif sesuai kondisi pertandingan.
Salah satu fokus utama adalah penerapan jebakan taktis baik dalam transisi menyerang maupun bertahan. Yanuar bahkan telah menyiapkan pemain tertentu untuk melakukan penjagaan ketat terhadap motor serangan Iran.
“Kami sudah menandai pemain penting mereka, terutama Moslem Mehrabian, yang memiliki umpan-umpan berbahaya. Kami harus memotong suplai bola padanya,” ucapnya.
Evaluasi Penting dari Laga Kontra Thailand
Meski sukses mengamankan tiket Piala Dunia usai menundukkan Thailand, Yanuar mengakui masih ada catatan penting yang harus diperbaiki. Gol akibat kesalahan sendiri menjadi tanda bahwa fokus pemain harus ditingkatkan.
“Fokus dan konsentrasi sempat lengah di momen-momen krusial. Itu yang harus kami kuatkan lagi menjelang final, dari sisi psikologis dan mentalitas,” tuturnya.
Harapan untuk Dukungan Publik
Yanuar menilai perjuangan skuad Garuda CP tidak hanya ditentukan oleh strategi dan kemampuan pemain, tetapi juga dukungan penuh suporter. Stadion Sriwedari diharapkan dipenuhi “pemain ke-12” Indonesia sebagaimana saat kemenangan penting atas Thailand di semifinal.
“Hitungan di atas kertas jelas Iran diunggulkan. Tapi kami bisa sampai ke final, dan itu bukti bahwa kejutan selalu mungkin terjadi. Kami berharap suporter di Solo bisa lebih ramai lagi. Siapa tahu, kita bisa mengukir sejarah juara di rumah sendiri,” pungkasnya.
Timnas CP Indonesia kini tinggal selangkah lagi menuju sejarah. Publik menunggu, apakah kejutan kembali mampu lahir dari Sriwedari malam ini.






