Merawat Imajinasi, Menjaga Tradisi: Merayakan Hari Dongeng Nasional 28 November

JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Setiap tanggal 28 November, Indonesia merayakan Hari Dongeng Nasional—sebuah momen yang bukan sekadar perayaan, melainkan pengingat bahwa cerita adalah jantung kebudayaan. Dari kampung ke kampung, dari tepian sungai hingga layar televisi, dongeng telah menemani perjalanan bangsa ini berabad-abad lamanya. Tradisi lisan ini menanamkan nilai moral, membangun imajinasi, dan mempererat hubungan antargenerasi.

Namun, siapa sangka bahwa tanggal tersebut dipilih bukan secara kebetulan—melainkan untuk menghormati hari lahir seorang maestro yang telah menghidupkan dunia dongeng Indonesia: Dr. Suyadi, atau yang akrab dikenal dengan Pak Raden.

Mengapa 28 November? Jejak Maestro Bernama Pak Raden

Mereka yang tumbuh di era 1980-an dan 1990-an tentu mengenal sosok berkumis tebal, berblangkon, berbaju adat Jawa, dengan suara berat yang khas. Pak Raden bukan hanya karakter televisi; ia adalah seniman multitalenta—penulis, animator, ilustrator, pemahat, pendidik, dan penggagas serial boneka legendaris “Si Unyil”, yang pertama kali tayang tahun 1981.

Di balik ketegasannya di layar, Pak Raden adalah sosok penuh ketulusan yang percaya bahwa dongeng adalah pintu menuju imajinasi sekaligus jembatan menanamkan nilai kehidupan. Dari rumah sederhananya, ia memahat boneka, merangkai naskah, dan menciptakan ilustrasi dengan kesungguhan seorang maestro yang memahami bahasa anak.

Penetapan Hari Dongeng Nasional pada tanggal kelahirannya—28 November 1932—menjadi simbol penghormatan atas dedikasi luar biasanya dalam memelihara budaya bercerita Indonesia.

Lahir dari Gerakan Komunitas

Sebelum resmi ditetapkan oleh Kemendikbudristek, Hari Dongeng Nasional bermula dari kegelisahan komunitas pendongeng di berbagai kota. Di tengah derasnya gempuran teknologi dan budaya populer, mereka merasa tradisi mendongeng mulai tersisih.

Komunitas-komunitas ini kemudian mendorong pemerintah menghadirkan peringatan khusus untuk:

  • Mengapresiasi para pendongeng dan seniman tutur.

  • Menyadarkan masyarakat akan pentingnya cerita rakyat.

  • Memperkuat identitas dan nilai-nilai luhur bangsa.

Dongeng bukan hanya hiburan; ia adalah alat untuk membentuk karakter, memperkaya imajinasi, dan merawat akar budaya Nusantara.

Tokoh-Tokoh Pendongeng yang Menjaga Api Cerita

Selain Pak Raden, Indonesia memiliki banyak pendongeng yang terus menjaga seni tutur agar tetap hidup dan relevan.

1. Mochammad Awam Prakoso (Kak Awam)

Pendiri jaringan Kampung Dongeng dengan lebih dari 50 cabang di Indonesia. Ia juga memecahkan rekor MURI sebagai pendongeng terlama selama 8 jam tanpa jeda.

2. Dwi Cahyadi (Kak Dwi)

Pendongeng aktif sejak 2006. Mendirikan Dongeng Kanfas dan gerakan sosial GePPuK (Gerakan Pendongeng Peduli Kemanusiaan).

3. Kak Bimo

Pendiri Asosiasi Pencerita Muslim Indonesia dan pencetus metode Story Based Teaching. Pemegang dua rekor MURI: ilustrasi suara terbanyak (lebih dari 200 suara) dan audiens dongeng terbesar (24.000 anak).

4. Kak Heru

Memulai karier sebagai pembawa acara di Pasar Seni Ancol dan Dunia Fantasi. Ia pernah tampil pada festival cerita tingkat Asia dan kini menjadi pendongeng nasional yang disegani.

Tokoh-tokoh ini membuktikan bahwa dongeng tidak pernah benar-benar hilang—ia terus tumbuh, beradaptasi, dan menemukan jalannya kembali ke generasi muda.

Fakta Menarik tentang Dongeng Indonesia

  • Indonesia memiliki lebih dari 3.000 cerita rakyat, dari Sabang sampai Merauke.

  • Ragam dongeng Nusantara mencakup fabel, mite, legenda, dan cerita jenaka, termasuk tokoh ikonik seperti Si Kabayan dan Pak Pandir.

  • Banyak boneka Si Unyil dibuat secara manual oleh Pak Raden dan kini menjadi artefak budaya.

  • Festival Dongeng Internasional Indonesia (FDII) rutin menghadirkan pendongeng dari berbagai negara—menjadikannya ruang pertemuan budaya tutur global.

Dongeng: Tradisi yang Menghubungkan Generasi

Di tengah dunia serbadigital, dongeng justru menemukan relevansi baru. Cerita-cerita lama kini hadir dalam format buku bergambar, konten audio, hingga video animasi. Namun satu hal tak berubah: dongeng selalu menjadi ruang aman bagi anak untuk belajar tentang kehidupan.

Hari Dongeng Nasional bukan hanya peringatan, tetapi ajakan. Menghidupkan kembali tradisi bercerita di rumah, di sekolah, dan di ruang-ruang komunitas. Sebab seperti kata Pak Raden, cerita yang baik akan terus hidup—melewati masa, menjembatani generasi.

Pada 28 November, mari kembali membuka buku cerita, menyalakan imajinasi, dan merayakan warisan budaya yang tak lekang oleh waktu.