JAKARTA, TINTAHIJAU.com — Pilihan bahan bakar kendaraan di Indonesia tampaknya segera bertambah dengan hadirnya produk baru bernama BBM Bobibos. Bahan bakar ini diklaim dapat digunakan pada kendaraan bermesin bensin maupun diesel, serta dikembangkan dari jerami sebagai limbah pertanian. Bobibos sendiri merupakan singkatan dari Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos!
Sebagai produk berbasis nabati, Bobibos disebut memiliki lima keunggulan utama. Melalui akun Instagram resminya, pengembang Bobibos menyampaikan keunggulan pertama yakni ramah lingkungan karena emisinya rendah serta dapat mengurangi praktik pembakaran jerami di lahan.
Kelebihan kedua, Bobibos dinilai mampu menekan jumlah limbah pertanian dengan mengubah bahan yang semula dianggap tidak bernilai menjadi energi bernilai tinggi. Adapun keunggulan ketiga yaitu kadar oktan tinggi. Dalam salah satu pengujian, Bobibos menunjukkan angka RON 98, setara dengan Pertamax Turbo.
Keunggulan keempat terletak pada biaya produksi yang rendah berkat bahan baku yang melimpah. Hal ini disebut membuka peluang harga jual yang lebih murah dibandingkan BBM fosil dengan RON setara. “Bahan baku melimpah membuat HPP dapat ditekan, berpeluang lebih murah dari RON 98 fosil,” terang Bobibos dalam penjelasannya.
Kelebihan kelima, Bobibos dapat diproduksi hingga tingkat desa melalui konsep Bobibos Mini, yang memungkinkan produksi lokal sekaligus mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat desa.
Meski demikian, Bobibos belum dapat dipasarkan secara bebas. Pihak pengembang menyebut masih berkoordinasi dengan pemerintah agar seluruh proses produksi dan distribusi sesuai regulasi yang berlaku.
“Karena menyangkut kepentingan banyak orang, sebelum diproduksi massal dan dipasarkan secara luas, Bobibos masih berkoordinasi dengan pemerintah untuk mendapatkan arahan serta memastikan seluruh proses sesuai regulasi,” tulis Bobibos.
Respons Pemerintah
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, menyambut baik inovasi tersebut namun mengingatkan bahwa proses pengujian BBM baru membutuhkan waktu panjang.
“Untuk menguji suatu BBM lalu menjadi bahan bakar, itu minimal delapan bulan, baru kita putuskan apakah ini layak atau tidak,” ujar Laode pekan lalu.
Sementara itu, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia belum memberikan penjelasan lebih lanjut terkait kemunculan Bobibos. Ketika dimintai tanggapan, Bahlil menyatakan pihaknya masih akan mempelajari lebih jauh mengenai produk tersebut. “Kita pelajari dulu ya, kita pelajari dulu,” ujarnya singkat.
BBM Bobibos tengah menjadi perhatian publik seiring klaim keunggulan dan potensinya sebagai alternatif bahan bakar ramah lingkungan yang dapat diproduksi dari limbah pertanian. Pemerintah menegaskan proses evaluasi akan tetap mengikuti standar sebelum BBM tersebut dapat dipasarkan secara luas.






