JAKARTA, TINTAHIJAU.com — PSSI kembali mendapat sorotan terkait arah pengembangan sepak bola nasional, khususnya soal ketergantungan pada pemain naturalisasi. Penasehat Semen Padang, Andre Rosiade, meminta federasi untuk mulai mengurangi fokus mencari pemain keturunan dan lebih serius membangun kompetisi usia muda.
Kepada awak media, Sabtu (6/12/2025), termasuk BolaSport.com, Andre menilai bahwa pembinaan usia dini merupakan fondasi utama agar timnas Indonesia dapat memiliki kekuatan yang lebih stabil di masa depan.
“Terkait naturalisasi, saya tidak menolak naturalisasi. Tapi seharusnya PSSI mengedepankan pelatihan usia muda agar anak bangsa mendapat kesempatan,” ujarnya.
Kompetisi Usia Muda Dinilai Belum Optimal
Saat ini PSSI baru menjalankan kompetisi usia dini mulai kategori U-16. Menurut Andre, seharusnya turnamen dan liga berjenjang sudah dimulai sejak U-10, sehingga talenta lokal dapat berkembang secara sistematis dari level grassroot.
Ia menekankan bahwa pembinaan yang kuat akan mengurangi ketergantungan terhadap pemain naturalisasi yang jumlahnya semakin banyak. Saat ini, tercatat sekitar 16 pemain keturunan dinaturalisasi untuk mengejar target lolos ke Piala Dunia 2026—target yang akhirnya gagal tercapai setelah Tim Merah Putih hanya mampu menembus Putaran Keempat Kualifikasi Zona Asia.
Dorongan untuk Exco Pembinaan Usia Muda
Andre Rosiade berharap Arya Sinulingga, yang baru ditunjuk sebagai Exco Pembinaan Usia Muda PSSI, dapat memperbaiki sistem pembinaan yang selama ini dinilai belum berjalan maksimal.
“Fondasi sepak bola kita harus dimulai dari kompetisi berjenjang dan pengembangan pemain sejak dini,” ungkap pria asal Padang, Sumatera Barat, tersebut.
Target Piala Dunia 2030–2034
PSSI kini memfokuskan upaya untuk mempersiapkan timnas Indonesia menuju Piala Dunia 2030 atau 2034. Federasi juga masih mencari pelatih baru yang nantinya akan memimpin skuad Garuda di era tersebut.
Meski tidak menutup pintu naturalisasi, Andre meminta agar jumlah pemain naturalisasi tidak lagi mendominasi komposisi tim nasional.
“Harapan saya di 2034 kita tidak lagi terlalu sibuk mencari pemain naturalisasi. Boleh ada, tapi jangan mayoritas. Kita ingin kualitas pemain lokal meningkat melalui kompetisi usia muda yang terstruktur,” tegasnya.
Andre menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa kritik ini disampaikan sebagai masukan konstruktif untuk kemajuan sepak bola Indonesia.
“Ini kritik membangun dan saya yakin ini harapan mayoritas rakyat Indonesia,” tutupnya.





