BANDUNG, TINTAHIJAU.COM – Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, dr. Encep Sugiana, menegaskan bahwa Jawa Barat masih menjadi provinsi dengan jumlah kasus Tuberkulosis (TBC) tertinggi di Indonesia. Tingginya angka tersebut tidak lepas dari jumlah penduduk Jawa Barat yang merupakan terbesar secara nasional.
Hingga November 2025, tercatat sebanyak 81.864 kasus TBC ditemukan di Jawa Barat. Kondisi ini, menurut dr. Encep, menjadi tantangan serius yang membutuhkan penanganan berkelanjutan dan kolaboratif.
“Jumlah penduduk Jawa Barat sangat besar, sehingga berdampak pada tingginya kasus TBC. Ini yang terus kita perjuangkan agar angka kejadian TBC bisa menurun secara signifikan,” ujarnya.
Ia menjelaskan, terdapat sejumlah tantangan utama dalam penanggulangan TBC. Pertama, masih adanya kawasan dengan kepadatan penduduk tinggi dan lingkungan kumuh yang tidak sehat. Kondisi rumah yang minim sirkulasi udara dan cahaya matahari menjadi faktor utama mudahnya penularan TBC.
Kedua, stigma di masyarakat terhadap penderita TBC masih ditemukan. Meski tidak terlalu signifikan, sikap penolakan dan kekhawatiran berlebihan masih kerap terjadi.
“Padahal, jika daya tahan tubuh baik dan pengobatan dijalani dengan benar, penularan bisa dicegah. Stigma ini justru membuat penderita enggan berobat,” katanya.
Tantangan lainnya adalah rendahnya kepatuhan pengobatan. Banyak penderita TBC yang tidak menuntaskan pengobatan selama minimal enam bulan, bahkan hingga satu tahun. Efek samping obat seperti mual dan sakit perut sering menjadi alasan pasien berhenti berobat.
Selain itu, dr. Encep menyoroti pentingnya pelacakan dan penemuan kasus sejak dini. Banyak penderita baru berobat ketika kondisi sudah parah karena menganggap gejala awal sebagai keluhan biasa.
“Akibatnya, mereka datang ke fasilitas kesehatan dalam kondisi sudah mengalami komplikasi,” jelasnya.
Sebagai upaya penanggulangan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus mendorong program TOSS TBC (Temukan, Obati, Sampai Tuntas). Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat, menghilangkan stigma, serta memastikan penderita menjalani pengobatan hingga tuntas.
Upaya lain yang dilakukan meliputi perluasan deteksi dini melalui pelacakan kontak, penguatan layanan kesehatan di puskesmas dan rumah sakit kabupaten/kota hingga rumah sakit milik provinsi, serta peningkatan sarana dan prasarana pendukung.
Koordinasi lintas daerah dan lintas sektor juga diperkuat, termasuk melibatkan tokoh masyarakat, guna mengejar target eliminasi TBC pada tahun 2030.
Berdasarkan data, beberapa daerah di Jawa Barat masih memiliki angka kasus TBC yang cukup tinggi, seperti Kabupaten Bogor, Sukabumi, Kabupaten Bandung, dan Bekasi, sehingga memerlukan perhatian serius dari semua pihak.
“TBC adalah penyakit mematikan. Bahkan disebutkan setiap lima menit, dua warga Indonesia meninggal akibat TBC. Karena itu, deteksi dini, pengobatan tuntas, dan edukasi masyarakat harus terus diperkuat,” tegas dr. Encep.




