Drakhma, Ketika Kenangan Bernyanyi Kembali

BANDUNG, TINTAHIJAU.com — Musik adalah pengingat waktu yang tak kasat mata. Ia hadir membalut ingatan, menciptakan ruang di hati tempat kenangan bersarang. Bagi mereka yang tumbuh di dekade 1980 hingga awal 1990-an, nama Drakhma bukan sekadar grup musik. Ia adalah suara masa muda, gema cinta pertama, dan simbol dari era kejayaan musik Indonesia yang kaya warna dan emosi.

Kini, setelah puluhan tahun berlalu, Drakhma bangkit dari hening. Mereka kembali, bukan sebagai bayang-bayang masa lalu, melainkan sebagai penjaga api musikalitas yang tak pernah padam. Mini album terbaru mereka—yang dijadwalkan rilis pertengahan 2025—menjadi penanda kebangkitan yang dinanti, bukan hanya oleh para penggemarnya, tetapi oleh dunia musik Indonesia yang merindukan sentuhan orisinalitas.

Harmoni Lama dalam Nada Baru

Dalam sebuah sesi hangat bertajuk Drakhma Live on Instagram yang digelar NBS Radio Bandung, Senin 23 Juni 2025, kabar ini diumumkan langsung oleh tiga pilar utama Drakhma: Ricky Basuki (vokal), Gideon Tengker (gitar), dan Dani Mamesah (drum). Suasana siaran berubah menjadi ruang nostalgia interaktif, ketika para pendengar membanjiri kolom komentar dengan cerita-cerita kenangan dan harapan baru.

“Ini bukan sekadar reuni, ini perjalanan ulang kami, dengan semangat yang diperbarui,” ujar Ricky, vokalis dengan teknik falseto yang khas dan menyayat, dalam sesi tersebut.

Mini album ini akan memuat tiga lagu baru: Jumpa Lagi, Ragu, dan Dari Hari ke Hari. Menariknya, lagu Jumpa Lagi menghadirkan permainan gitar dari almarhum Dodo Zakaria—personel awal Drakhma yang juga dikenal sebagai maestro musik Tanah Air. Lagu ini sebelumnya belum pernah dirilis, dan kini menemukan momentumnya sebagai simbol keabadian karya.

Jejak Abadi Sebuah Nama

Nama Drakhma, yang diambil dari mata uang kuno Yunani, bukan tanpa makna. Ia melambangkan nilai yang bertahan melintasi zaman—seperti musik mereka yang kaya unsur jazz, pop, R&B, dan sentuhan brass section. Dari album Hari Esok (1980) hingga Tiada Kusadari (1984), mereka menghadirkan pengalaman mendengar yang kompleks namun mudah dicintai.

Drakhma juga dikenal dengan formasi musik yang berani: kombinasi instrumen klasik dengan kekuatan empat backing vocal yang membentuk lapisan harmoni unik. Mereka bukan hanya band, mereka adalah ensemble dengan visi musikal yang jauh di depan zamannya.

Kembali dengan Jiwa yang Sama

Reuni pertama mereka setelah lama vakum terjadi pada akhir September 2023 di Bandung. Dan kini, dua tahun kemudian, mereka mantap melangkah lebih jauh. Di balik layar, produser sekaligus sahabat lama mereka, Gilbert, turut mengawal proses kreatif mini album ini. “Yang kami jaga adalah rasa. Rasa itu yang membuat Drakhma tetap hidup,” ungkap Dani Mamesah saat ngobrol santai di sebuah kafe di kawasan Cilandak Town Square (Citos), Jakarta Selatan.

Obrolan yang disiarkan langsung oleh NBS Radio ini menjadi ajang penuh tawa, cerita, dan semangat. Dipandu Nata Sofia Rubianto, yang juga pemilik NBS Radio, pertemuan ini menjadi bukti bahwa Drakhma masih punya ruang besar di hati para penggemarnya.

Musik Tak Pernah Usang

Ketika dunia musik kerap berubah begitu cepat—dengan tren yang silih berganti—kembalinya Drakhma adalah pengingat bahwa musik bukan sekadar produk, melainkan warisan rasa. Dan rasa itu, jika lahir dari ketulusan, akan selalu menemukan jalannya untuk kembali didengar.

Mini album ini bukan hanya peluncuran karya, tetapi juga perayaan atas waktu. Ia menjadi jembatan antara generasi yang dulu bersenandung bersama Drakhma, dengan generasi baru yang akan mengenal keindahan musik melalui mereka.

Drakhma membuktikan, meski waktu terus berjalan, suara hati yang jujur tak akan pernah lekang. Mereka bukan sekadar legenda—mereka adalah kisah yang terus menyanyikan dirinya sendiri, dari masa lalu, kini, hingga nanti.

Selamat datang kembali, Drakhma. Dunia musik telah menunggumu.

Penulis: Kin Sanubary