Menghadirkan Hubungan Musik Eksperimental dengan UFO: Inovasi dalam Festival UFO Indonesia 2024

Avatar Curators dalam seminar dan konser mini Program Doktor (S3) Kajian Budaya, Seni, Sains, dan Teknologi, Selasa (12/03/2024). (Sumber: istimewa)

SUBANG, TINTAHIJAU.com – Menjelang penyelenggaraan Indonesia UFO (Unidentified Flying Object) Festival 2024 yang dijadwalkan pada bulan Juli mendatang, pegiat space art Venzha Christ telah kembali membawa inovasi yang menarik untuk memperkenalkan sains kepada masyarakat luas.

Salah satu inovasi tersebut adalah dengan mengundang duo musisi asal Jerman, Rochus Aust dan Verena Barie, ke Yogyakarta.

Duo musisi yang dikenal sebagai Avatar Curators sedang melakukan tur ke beberapa negara di kawasan Asia Pasifik. Venzha Christ, yang juga merupakan direktur Indonesia Space Science Society (ISSS), berkolaborasi dengan Universitas Sanata Dharma (USD) untuk menyelenggarakan seminar dan konser mini Program Doktor (S3) Kajian Budaya, Seni, Sains, dan Teknologi pada hari Selasa, 12 Maret 2024.

“Melalui seminar dan kehadiran Avatar Curators, kami bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara musik eksperimental dengan UFO,” ungkap Venzha pada hari Kamis, 14 Maret 2024.

Menurut Venzha, ketika orang mendengar kata UFO, biasanya yang terlintas dalam pikiran adalah objek terbang tak dikenal yang muncul secara tiba-tiba di langit dan kemudian menghilang. Namun, Venzha juga menyatakan bahwa beberapa orang membayangkan UFO sebagai getaran, frekuensi, atau bahkan sebagai alunan musik.

“Musik yang kita kenal sebagian besar adalah komposisi dengan pola dinamis yang mempesona bagi pendengarnya. Musik memiliki kemampuan untuk membuat kita merasakan berbagai sensasi tertentu. Dan melalui musik, kita dapat menciptakan interpretasi baru dari peristiwa-peristiwa dalam kehidupan,” jelas Venzha.

Dengan menghadirkan Avatar Curators, Venzha berharap dapat memperkenalkan paradigma baru tentang konsep dasar bunyi dan frekuensi. Pasangan musisi asal Jerman ini mengemasnya dalam berbagai instrumen musik yang mereka desain sendiri.

“Mereka dianggap dapat menerjemahkan frekuensi anomali menjadi alunan musik dan getaran yang berkaitan dengan keberadaan UFO dan makhluk luar angkasa,” tambahnya.

Sementara itu, akademisi dari USD, Gregorius Budi Subanar, yang menjadi moderator seminar, menyatakan bahwa saat ini tidak ada lagi batasan antara seni dan perkembangan teknologi.

“Pengetahuan selalu berkembang dinamis untuk menemukan bentuk-bentuk baru dalam aktivitas manusia, termasuk dalam fenomena UFO dan makhluk luar angkasa ini,” ujar Romo Banar.

Rencananya, duo musisi ini akan tampil kembali dalam Festival UFO Indonesia 2024 dengan konser yang lebih lengkap. Pada acara tersebut, ISSS juga akan menyelenggarakan ‘International SETI Conference 2024’ dengan mengundang para ilmuwan dan pakar di bidang astronomi, ilmu antariksa, dan eksplorasi luar angkasa.

Tidak hanya itu, akan ada juga presentasi tentang VMARS (v.u.f.o.c Mars Analogue Research Station), Analog Mars pertama di Asia Tenggara yang akan dibangun di Indonesia. VMARS diharapkan menjadi bukti kontribusi nyata Indonesia dalam eksplorasi planet Mars di masa depan.

Dengan demikian, festival ini tidak hanya memperluas wawasan tentang UFO dan kehidupan luar angkasa, tetapi juga menjadi platform untuk eksplorasi sains dan seni yang inovatif dan menginspirasi.

Sumber: KOMPAS.tv

Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari TINTAHIJAU.COM, Klik Disini dan Klik ini