Najwa Shihab Ungkap Pengalaman Wawancara Terbuka dengan Presiden Prabowo di Hambalang

JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Pendiri Narasi, Najwa Shihab, membagikan pengalamannya mengikuti wawancara eksklusif bersama Presiden Prabowo Subianto di kediaman pribadi Ketua Umum Partai Gerindra tersebut di Hambalang, Jawa Barat, pada Minggu, 6 April 2025. Dalam kesempatan itu, Najwa bergabung dengan enam jurnalis lainnya dalam sesi dialog yang dinilainya berlangsung terbuka dan tanpa batasan.

Menurut Najwa, wawancara ini merupakan momen langka sekaligus berharga karena memberikan kesempatan bagi para jurnalis untuk mengonfirmasi langsung berbagai isu penting kepada kepala negara.

“Jurnalis selalu berupaya mendapatkan konfirmasi dari sumber A1, orang nomor satu. Jadi ketika saya dilibatkan dalam wawancara ini, tentu ini kesempatan yang sangat berarti,” ujar Najwa, dikutip dari tayangan Kompas TV.

Tanpa Batasan Pertanyaan, Dialog Terbuka Sepanjang Pagi

Najwa menjelaskan bahwa wawancara berlangsung selama hampir empat jam, dimulai pukul 09.00 pagi hingga mendekati pukul 13.00 siang. Format acara memungkinkan setiap jurnalis menyampaikan satu pertanyaan utama dan satu pertanyaan lanjutan secara bergiliran, dengan arahan dari moderator TVRI.

Namun, di luar format yang telah ditentukan, Presiden Prabowo bersikap terbuka dan tidak keberatan dengan pertanyaan tambahan. Hal ini membuka ruang diskusi yang lebih dalam dan menyeluruh atas berbagai topik yang dibahas.

“Yang menarik adalah sejak awal memang tidak pernah ada batasan mau bertanya apa. Silakan saja,” kata Najwa.

Salah satu momen penting dalam wawancara tersebut terjadi ketika Najwa mengangkat isu revisi Undang-Undang Polri. Meskipun moderator sempat mencoba menghentikan pertanyaan lanjutan, Presiden Prabowo justru memperbolehkan Najwa untuk melanjutkan.

“Kesempatan seperti ini sangat berharga, apalagi jika yang kita tanyakan langsung kepada Presiden. Sayang kalau tidak dituntaskan,” ungkapnya.

Bahas Beragam Isu Nasional dan Internasional

Dalam wawancara tersebut, isu-isu yang diangkat sangat beragam, mulai dari demonstrasi penolakan terhadap Undang-Undang TNI, rendahnya partisipasi publik dalam proses legislasi, hingga kebijakan ekonomi dan tarif luar negeri Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Najwa menilai bahwa format wawancara seperti ini bisa menjadi awal tradisi baru yang membuka ruang dialog antara Presiden dan publik melalui media. Menurutnya, keterlibatan berbagai jenis media—baik yang fokus pada seni, olahraga, maupun isu-isu spesifik lainnya—akan memperluas sudut pandang yang disampaikan kepada masyarakat.

“Media seni tentu akan bertanya hal-hal yang relevan dengan pembacanya, begitu juga media olahraga dan lainnya,” jelas Najwa.

Menuju Pemerintahan yang Lebih Terbuka dan Partisipatif

Najwa berharap, pendekatan terbuka seperti ini dapat menjadi jembatan yang memperkuat partisipasi publik dalam proses pengambilan keputusan nasional. Dengan semakin terbukanya akses media kepada Presiden, maka dialog yang sehat antara pemerintah dan rakyat dapat terus terbangun.

“Saya percaya, semakin terbuka dan transparan pemerintah, maka publik juga akan semakin terlibat dalam proses pengambilan keputusan,” tutupnya.