Romantisme Dongeng Sunda, Acara Radio Favorit Era Tahun 90an

Foto: Kin Sanubary

SUBANG, TINTAHIJAU.com – “Wilujeng tepang paramitra sadaya, patepang dangu deui sareng acara anu maneuh Dongeng Sunda Pasosore ti radio kameumeut balarea dina waktos sareng gelombang nu sami, wilujeng ngadangukeun ka paramitra di mana wae ayana”

Demikian pembukaan juru dongeng di awal acara “Dongeng Pasosore” yang banyak digemari para pendengar radio era tahun 90-an.

Era tahun 80-90an adalah masa keemasan radio di Bandung dan sebagian besar wilayah Jawa Barat. Pada masa itu, radio-radio siaran swasta niaga hampir di seluruh kota dan kabupaten di Jawa Barat menjadi penyalur hiburan utama bagi masyarakat.

Namun, ada satu jenis acara yang mencuri perhatian dan menciptakan kenangan tak terlupakan bagi pendengarnya – acara dongeng Sunda.

Popularitas dongeng Sunda dan para penyiarnya di banyak radio di Jawa Barat sangat luar biasa. Melalui udara radio, para juru dongeng ini mengunjungi pendengar mereka hampir setiap hari dengan cerita-cerita yang sangat akrab dengan pemirsa. Ini menciptakan ikatan batin yang unik antara penyiar dan pendengar, menjadikan acara dongeng Sunda sebagai wadah kekerabatan baru.

Baca Juga:  Membuka Nostalgia Lewat Kartu Pilihan Pendengar di Radio

Sejauh popularitasnya, dongeng Sunda bahkan bisa mengalahkan ketenaran seorang bupati atau tokoh publik di wilayah tersebut. Nama-nama seperti Uwa Kepoh, Djamar Media, Haji Dulacis, Tisna Suntara, Andi Djohari, Mang Barna, Mang Jaya, Mang Engkos, Ki Leuksa, Mang Dina, Pa Indrajaya, dan Bah Selud, bersama dengan puluhan juru dongeng lainnya, sangat akrab di telinga pendengar radio saat itu.

Salah satu acara dongeng Sunda yang terkenal adalah “Sempal Guyon Parahyangan,” yang diproduksi oleh Radio Garuda Bandung dan disiarkan oleh berbagai radio swasta di Jawa Barat.

Acara ini memperkenalkan beragam tokoh seperti Kundang, Mas Paijo, Pa Otong, Nyi Iting, Pa Kurdi, Mang Minta, Abah Jangkung, Oded, dan banyak tokoh lainnya. Mereka mengangkat tema kehidupan sehari-hari dan keseharian sebuah keluarga Sunda.

Baca Juga:  Chris Martin Coldplay Sajikan Kemeriahan dengan Pantun di Konser Jakarta

Setiap tokoh dalam acara ini memiliki karakter dan ciri khas masing-masing. Meskipun sering berdialog dalam Bahasa Indonesia, namun tetap memiliki nuansa khas yang mengingatkan pada gaya siaran Mang Ibing dan Aom Kusman serta grup De Kabayan mereka.

Tisna Suntara dan Andi R Djauhari adalah dua sosok yang memerankan berbagai karakter suara yang berbeda-beda dalam acara ini, memberikan warna tersendiri bagi dongeng Sunda.

Ketika kita berbicara tentang dongeng Sunda, kenangan dan kesan yang mereka ciptakan tak akan pernah pudar. Mereka memiliki cara unik untuk membius pendengar dengan kisah-kisah menarik dan kelucuan-kelucuan yang membuat kita tak bisa berhenti mendengarkan.

Penyajian dongeng Sunda di radio berbeda dengan sandiwara radio konvensional yang melibatkan pemeran fisik di sebuah panggung. Kisah dan cerita dalam dongeng Sunda tidak hanya mencakup kehidupan sehari-hari, tetapi juga cerita silat dan roman Sunda yang sangat digemari oleh pendengar radio.

Baca Juga:  [OPINI] Hari Radio Nasional, 78 Tahun RRI Menuju Transformasi Multiplatform untuk Indonesia Maju

Ada juga dongeng tentang legenda, persilatan, dan kisah berbau mistik seperti Si Rawing, Si Buntung Jago Tutugan, Jawara Sagara Kidul, Si Keling, dan banyak lagi cerita dongeng Sunda yang melekat di hati pemirsa dan pendengar radio ketika itu.

Mungkin era tersebut telah berlalu, tetapi kenangan akan dongeng Sunda di radio tetap abadi. Bagi mereka yang pernah mendengarkannya, acara ini merupakan bagian tak terpisahkan dari masa muda dan kenangan indah yang akan selalu dikenang.

Dongeng Sunda telah menciptakan ikatan budaya dan emosi yang kuat di hati pendengarnya, membuktikan bahwa radio memiliki kekuatan untuk membawa orang bersama melalui imajinasi dan cerita-cerita yang menawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

FOLLOW SOCMED:
FB & IG: TINTAHIJAUcom
IG & YT: TINTAHIJAUcom
E-mail: red.tintahijau@gmail.com