SUBANG, TINTAHIJAU.com – Mencapai usia 66 tahun adalah sebuah pencapaian yang luar biasa bagi sebuah komunitas seni. Studiklub Teater Bandung (STB), yang lahir dari semangat kreativitas para pendirinya pada 13 Oktober 1958, telah menjadi ikon dalam dunia teater di Bandung, sekaligus memberi kontribusi besar dalam perkembangan teater modern Indonesia.
Sekilas tentang Studiklub Teater Bandung
STB didirikan oleh tujuh tokoh teater berpengaruh: Jim Lim, Suyatna Anirun, Sutardjo A. Wiramihardja, Adrian Kahar, Tin Srikartini, Thio Tjong Gie (Gigo Budi Satiaraksa) dan Soeharmono Tjitrosuwarno. Kelompok ini tidak hanya berfokus pada aspek artistik tetapi juga memberikan ruang bagi para seniman muda untuk belajar dan berkembang, di antaranya Rahman Sabur, Sis Triadji, Yoyo C. Durachman, Iman Soleh, dan banyak lagi.
Sebagai kelompok studi teater modern, STB dikenal dengan karya-karyanya yang tidak selalu berfokus pada isu sosial-politik. Mereka lebih sering mengeksplorasi nilai-nilai yang mendalam dan makna kehidupan dari berbagai naskah, baik lokal maupun internasional. Ciri khas STB terlihat dalam pentas-pentas realisme yang penuh kepekaan dan keindahan visual, terutama ketika dipimpin oleh sutradara utama mereka, Suyatna Anirun.
Milangkala ke-66: Persembahan Lakon ‘Wingit’

Pada perayaan ulang tahunnya yang ke-66, STB mempersembahkan sebuah lakon berjudul Wingit, yang disutradarai oleh IGN Arya Sanjaya. Lakon ini diadaptasi dari konsep haiku, sebuah bentuk puisi Jepang yang identik dengan kesederhanaan namun sarat makna. Wingit bercerita tentang dialog antara seorang penyair dan seorang perempuan misterius di sebuah taman. Percakapan mereka menyelami tema kehidupan yang diadopsi dari perbincangan dalam kitab Ganecha Tattwa.
Lakon ini diperankan oleh aktor kawakan Sugiyati SA dan Gatot W. Dwiyono, dengan naskah yang ditulis untuk mengajak penonton merenungi kehidupan melalui simbolisme dan keindahan bahasa. Dengan latar belakang alam semesta yang penuh rahasia, Wingit menggambarkan perjalanan dari kelahiran hingga kematian, seolah-olah hidup adalah sebuah pertanyaan dan tindakan manusia adalah jawabannya.
Refleksi Perjalanan STB
Salah satu pemeran utama Wingit, Yati Suyatna Anirun, berbagi pandangannya mengenai pengalaman tampil dalam lakon ini. “Kalau tahun lalu saya hanya bermain-main di pentas Pagi Bening, kali ini Wingit menuntut keseriusan total. Ini seperti pendadaran tentang hakekat perjalanan hidup manusia,” tuturnya.
Bagi Yati, keberadaan STB yang telah bertahan selama 66 tahun adalah anugerah yang luar biasa. Di tengah jatuh bangunnya berbagai komunitas teater lainnya, STB terus berkarya dan mempertahankan eksistensinya di dunia seni. “Agak miris melihat teman-teman seniman lain yang gugur satu per satu. Ini hukum alam yang tak bisa ditolak,” ungkapnya penuh haru.
Menyongsong Masa Depan
Dengan tetap setia pada visi awalnya, Studiklub Teater Bandung terus melangkah maju, menginspirasi generasi baru seniman teater. Di usia 66 tahun, STB bukan hanya sebuah kelompok teater, tetapi juga simbol keteguhan, dedikasi, dan cinta terhadap seni. Pentas Wingit adalah bukti bahwa STB masih relevan, kreatif, dan mampu menghadirkan karya yang sarat makna bagi penonton masa kini.
Acara Wingit akan digelar pada 30 dan 31 Oktober 2024 di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Bandung. Ini menjadi kesempatan bagi para pencinta teater untuk menyaksikan salah satu karya terbaik dari STB dan merayakan perjalanan panjang mereka dalam dunia teater. (kin)
Penulis: Kin Sanubary