SUBANG, TINTAHIJAU.com – Demam berdarah dengue (DBD) terus menjadi tantangan serius dalam menjaga kesehatan masyarakat Indonesia.
Dalam upaya mengatasi permasalahan ini, Kementerian Kesehatan (Kemkes) mencatat angka yang mencemaskan, dengan 1,1 juta kasus tercatat hanya pada tahun 2022.
Dalam menghadapi jumlah kasus yang signifikan, inovasi dalam pencegahan menjadi krusial. Salah satu metode yang menarik perhatian adalah pengendalian nyamuk menggunakan Bakteri Wolbachia.
Wolbachia, bakteri yang aman dan umumnya ditemukan pada serangga seperti kupu-kupu, lebah, capung, dan beberapa jenis nyamuk, seperti Aedes albopictus dan Culex quinquefasciatus, menjadi kunci utama dalam metode inovatif ini.
Caranya adalah dengan melepas nyamuk berbakteri Wolbachia di lingkungan masyarakat, yang kemudian akan berkembang biak dengan nyamuk Aedes aegypti liar.
Keunggulan dari penggunaan Wolbachia terletak pada kemampuannya menghambat replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Sehingga, nyamuk yang membawa Wolbachia tidak dapat menularkan virus dengue ke manusia.
Berikut adalah fakta-fakta terkait Bakteri Wolbachia yang perlu diketahui:
1. Tidak Berbahaya bagi Manusia atau Hewan
- Manusia dan hewan terus-menerus terpapar bakteri Wolbachia melalui kontak dengan serangga atau mengonsumsi makanan yang terpapar serangga.
- Tidak ada laporan mengenai bakteri Wolbachia yang menyebabkan penyakit pada manusia atau hewan.
2. Tidak Ditularkan Melalui Gigitan Nyamuk
- Meskipun manusia dan hewan terpapar gigitan nyamuk betina pembawa Wolbachia, tidak ada laporan mengenai transmisi bakteri ini melalui gigitan nyamuk.
- Studi menunjukkan bahwa manusia yang terpapar gigitan nyamuk Aedes aegypti betina pembawa Wolbachia tidak menunjukkan respons kekebalan terhadap bakteri ini.
3. Tidak Bertahan di Luar Serangga
- Bakteri Wolbachia hanya bertahan di dalam sel serangga dan tidak dapat bertahan di lingkungan di luar inang serangga.
- Meskipun telah terpapar selama jutaan tahun, bakteri ini secara alami terurai bersama dengan tubuh serangga setelah mati.
4. Tidak Bertahan Setelah Dikonsumsi
- Tidak ada laporan tentang predator nyamuk, seperti ikan, kadal, dan katak, yang tertular bakteri Wolbachia.
- Studi menunjukkan bahwa laba-laba yang memakan nyamuk pembawa Wolbachia tidak mengalami penularan bakteri.
Inovasi ini menjanjikan sebagai langkah maju dalam mengurangi penyebaran DBD di Indonesia.
Dengan memahami karakteristik Wolbachia, harapannya adalah dapat diterapkan secara luas sebagai solusi pencegahan yang efektif dan aman bagi kesehatan masyarakat.